Dengarkan Mp3 Alqur'an

Download sekali klik Mp3 Al-Qur'an Murottal Syaikh Nasser Al Qatami 30 Juz secara gratis dan mudah2an besar manfaat kepada anda semua Aamiin

Terjemahan KItab Al-Hikam

TERJEMAH ALHIKAM ( بِسْمِ الله الرحمَنِ الحيمِ ) AL - HIKAM ۞ MUQODDIMAH ALHIKAM ibnu 'Atho'illah asSyakandary ra ۞

Ruqyah Al Shariah Full by Sheikh Nasser Al-Qatami

Download mp3 Ruqyah Al Shariah Full by Sheikh Nasser Al-Qatami berikut lantunan ayat2 suci, yang jika didengar dengan menyimak setiap ayat, maka insya Allah semua problem dalam hidup sedikit berkurang..

Tasbih Kaukah Alhikmah

Tasbih Kaukah Belimbing Dim 10 Harga Rp. 550.000 Bahan Asli Kayu Kokka Produk Baru

Paket Pengobatan BABUSSALAM ( Besilam )

Bismillahirrohmanirrohim Saya sebagai pengurus blog MAB ini ingin menawarkan sesuatu pengobatan alternatif baik itu penyakit medis ( kiriman teluh/santet ) maupun non medis, untuk pengobatan tingkat lanjut,

"wattaqullah wayuallikumullah" dan bertaqwa lah kepada Allah, maka Allah mengajarmu (Al baqarah 282)

Sabtu, 21 Juli 2018

AUROD MIN KITAB KHOZINATUL ASROR

AUROD MIN KITAB KHOZINATUL ASROR/ Rahasia dari kitab khozinatul asror

Di sebutkan dalam kitab “KHOZINATUL ASROR” halaman 188.bahwa ada suatu wirid yg berfaidah untuk menghasilkan keinginan,mendatangkan hajat,menolak bencana,mengalahkan musuh dan meninggikan derajat.wirid ini telah di sepakati oleh sayyid ja’far shadiq,abu yazid al busthami,abu hasan al hirqani dan imam-imam yg lainnya.tentang faidah yg agung dan rahasianya yg mentakjubkan untuk mendatangkan hajat.mereka telah mengamalkannya dan terbukti kemujarabannya.wiridnya adalah :

1.ISTIGHFAR (100 x)
2.AL FATIHAH (7 x)
3.SHALAWAT (100 x)
4.ALAM NASYROH (79 x)
5.AL IKHLAS (1001 x)
6.AL FATIHAH (7 x)
7.SHALAWAT (100 x)

Kemudian memohon kepada ALLAH.SWT.apa hajatnya dan kebutuhan yg di perlukan,maka dengan izin ALLAH TA’ALA hajatnya di kabulkan,tidak lebih dari 4 hari.dan kalau wirid ini di lakukan setiap hari secara rutin hingga 7 hari,maka lebih mujarrab.

Sirrul Ayatil khams

Sirrul Ayat khams / rahasia ayat 5


( Ayat-Ayat Al-Qur’an Yg terdapat 10 Huruf Qof dalam tiap Ayatnya )Rahasia Ayat 5 ini saya terjemahkan dari kitab yg disusun oleh seorang waliyyulloh Syeikh Al-Ustadz Muhammad Haqqi An-Nazili R.A yaitu kitab “Khozinatul Asror”, Hal 73 Dalam bab “Aqwalul Aimmah wal Masyayiikh Fi Khowasil Khomsil Ayatil Qur’aniyyah Fi Kulli Ayatin’ Asyra Qoofan wa laha Khowasun ghoribah wa asrorun ‘Ajiibah wa fadoilun katsirotun wa manafi’un ‘adiidah “, ( Ucapan – Ucapan para Imam dan para guru Mursyid yg membahas ke khususan 5 Ayat Al-Qur’an, Yg terdapat 10 huruf Qof pada masing – masing ayatnya, Bagi 5 ayat ini mempunyai berbagai macam ke khususan yg langka, Rahasia-Rahasia yang Ajaib, Keutamaan yg banyak serta mempunyai manfa’at- manfa’at yg tidak terhitung ).



Telah berkata sebagian Ulama ahli Khowas ( Yg mempunyai ke khususan ), salah satu khasiat dari ayat 5 ini adalah untuk bertemu dengan musuh, Barang siapa yang membawa serta tulisan Ayat 5 ini dengan wifiqnya maka Alloh S.W.T akan menolong orang tsb dari semua musuh-musuhnya, Dan dia tidak akan mendapatkan dari keburukkan musuh2 nya, Tipu daya musuh2 nya, Senjata musuh2 nya ( tidak mempan & mengenainya ), apabila ada seseorang yg memusuhinya kecuali Alloh S.W.T telah mengalahkan musuh tsb, Dan salah satu khasiat ayat 5 ini akan membuatnya mempunyai kewibawaan yg luar biasa pada hati-hati nya manusia, Jika orang tsb masuk pada seorang raja/Penguasa yg dzolim maka dia akan aman dari segala keburukannya, Ayat 5 merupakan Hijab atau tameng/benteng dari segala gangguan Manusia, Jin Setan, dan Iblis yg membangkang, Sangat baik sekali di tulis wifiqnya serta dibaca ayatnya.


Diriwayatkan dari Al-Faqiih Al-Kabiir Al-Wali Al-Makin Ahmad Bin Musa Bin ‘Ajil R.A, ” 5 Ayat Al-Qur’an yg terdapat 50 huruf Qof, Tidaklah ayat 5 tsb dibaca didepan musuhnya kecuali musuh tsb kalah dan takluk, Dan tidaklah Ayat 5 ini dibaca oleh seseorang yg takut padea musuhnya kecuali Alloh akan memeliharanya dari segala keburukan musuhnya dan Alloh S.W.T menjaganya dari kesalahan dan segala macam penyakit “.


Diriwayatkan oleh Syeikh Najmuddin Al-Qubra menerima dari Sayyid Ma’ruf Al-Karkhi menerima dari Syeikh Nidzom Al-Aulia menerima dari Syeikh Fariduddin menerima dari Syeikh Hamiduddin Nakuury menerima dari penghulunya para guru Syeikh Ahmad Kabiru Ar-Rifa’i menerima dari Syeikh Musa As-Sidraany menerima dari Syeikh Madyan Al-Magribi menerima dari Sulthon Aulia Sayyid Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani menerima dari amirul Mu’miniin Sayyidina Ali bin Abi Tholib menerima dari Rosulululloh S.A.W, Sesungguhnya Rosululloh S.A.W telah bersabda: ” Barang siapa yg senantiasa membaca 5 Ayat yg agung serta mulia ini yg terdapat 10 huruf Qof pada tiap ayatnya, Atau barang siapa yg menulis Wifiq dari 5 Ayat ini dan dibawa serta olehnya, Maka sesungguhnya Alloh S.W.T akan mengirimkan baginya 12000 Malaikat yg menggenggam Alat alat perang yg berupa cahaya yg bersinar, Ke 12000 malaikat tsb senantiasa akan menjaga orang tsb dari berbagai macam mara bahaya serta penyakit, Dan Alloh S.W.T akan membangun untuknya di surga Firdaus 600 gedung yg terbuat dari permata Yaqut merah, jika Ayat 5 ini dibaca oleh seorang Raja/Penguasa maka Alloh S.W.T akan menetapkan kekuasaanya dan alloh S.W.T akan membuka kan baginya pintu2 pertolongan, Dan Alloh S.W.T sempurnakan kewibawaannya, dan Alloh S.W.T tundukkan baginya semua para Umaro’/Pemimpin dan wazir/Mentri serta Alloh S.W.T akan mengalahkan untuknya semua musuh-musuhnya sehingga tidak akan sampai terhadapnya semua hal2 yg membahayakannya dan yg menggangunya”.


Dan telah berkata Syeikh Majduddin Al-Kirmany R.A ( Yg Mempopulerkan Do’a Nurun Nubuwwat /Nur Buat ) ” Didunia ini ada 4000 Rijalul Ghoib, 4000 Wali Budala’ ( Jama’ dari Abdal ), 4000 Wali Autad dan 4000 Wali Qutub, Yang semuanya menggunakan dan membaca Ayat 5 ini, Maka barang siapa yang senantiasa membaca dan membawa serta Wifiq dari Ayat 5 ini, Maka dia akan menjadi ahli hikmah yg mumpuni baik lahir maupun batin dan disegani baik oleh penduduk langit maupun bumi, Dan dia akan berjumpa dengan para wali Qutub dan Rijalul Ghoib”.Tertulis dalam kitab tafsir ” Shohibul ‘Arais ” ” barang siapa yang membaca Ayat 5 dan membawa serta Wifiqnya, maka Alloh S.W.T akan menjaganya dari segala macam jenis bisa dan racun, kejahatan Ilmu Sihir/Hitam,Mara bahaya, Segala yg menggangu dan Alloh S.W.T akan memberinya seorang Khodam dari golongan Jin sehingga menjadikannya Ahli Hikmah dengan keberkahan nya 5 Ayat ini.


Telah berkata Sayyidina Al- Imam Asy-Syeikh Al-Qutub Abu Hasan Asyadzili R.A ( Populer dengan Hizib Nasr, Bahr penyusun kitab Sirrul Jalil dll ) “Pada suatu hari aku telah melihat Qutbul Aqtob ( Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani ) dan memberiku wasiat agar aku senantiasa membaca ayat 5 ini dan menulis Wifiqnya, dan aku bertanya kepada beliau tentang rahasia2 ayat 5 in, Maka Syeikh Abdul Qodir Al-jaelani berkata ” Barang siap yang senantiasa membaca dan membawa serta wifiqnya, Maka Alloh S.W.T akan memberikan keamanan, Menjaganya Dari semua musuh2 nya, Orang2 Hasud, tipudaya para musuh2 nya, dan tidak akan menang musuh2 nya walaupun musuhnya sebanyak peduduk langit dan bumi, dan dibuka kan baginya pintu – pintu pertolongan dan kemenangan, dan dia akan mendapatkan derajatnya Qutub.


Dan telah berkata Syeikh Jamil Al-Yumna R.A ” Aku telah berjumpa dengan Qutbul Aqtob Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani R.A, Beliau berkata kepadaku dan mengajarkan padaku Ayat 5 ini , berkata Syeikh Jamil ” aku telah mendapatkan segala sesuat dengan barokahnya Ayat 5 ini “.Dari Sayyidatina ‘Aisyah R.A menerima dari Rosululloh S.A.W, telah bersabda Rosululloh S.A.W ” Barang siapa yang menulis Ayat 5 yang terdapat 10 huruf Qof pada tiap ayatnyapada hari Jum’at, kemudian tulisan tsb diminumnya, maka masuk kedalam perutnya 1000 kesembuhan ,1000 obat, 1000 kesehatan. 1000 Rohamat, 1000 kelembutan, 1000 kekuatan, 1000 keyaqinan, 1000 cahaya, dan dicabut dari dirinya setiap penyakit, ikatan, sedih, bingung serta kesusahan “.




Inilah Ayat 5 yang agung serta mulia yang mempunyai 50 huruf Qof :

1. Surat Al-Baqoroh ayat 246

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإِ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ مِن بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُواْ لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكاً نُّقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِن كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلاَّ تُقَاتِلُواْ قَالُواْ وَمَا لَنَا أَلاَّ نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِن دِيَارِنَا وَأَبْنَآئِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْاْ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ2.

Surat Ali Imran ayat 181

لَّقَدْ سَمِعَ اللّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاء سَنَكْتُبُ مَا قَالُواْ وَقَتْلَهُمُ الأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُواْ عَذَابَ الْحَرِيقِ3.

 Surat An-Nisa ayat 77

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّواْ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُواْ رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدَّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَى وَلاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً4.

Al-Maidah ayat 27

 وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَاناً فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ5.

Ar-Ra’d ayat 16

قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ قُلِ اللّهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِ أَوْلِيَاء لاَ يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُواْ لِلّهِ شُرَكَاء خَلَقُواْ كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

Khasiat Surat Al-Fatihah

Khasiat Surat Al-Fatihah

Khasiat Surat Al-Fatihah Menurut Para Sufi :
Barangsiapa membacanya dengan sambungan basmallah kepada yang sakit 41 kali kemudian ia meludahinya, Allah akan menyembuhkannya, termasuk yang mujarab (Al-Fatawa Al-Shufiyyah).

Barangsiapa mendawamkan membaca Al-Fatihah dengan basmallah sesudah sunat shubuh dan fardhunya 41 kali, maka jika ia tidak mempunyai posisi, ia akan memperolehnya, jika sakit Allah akan menyembuhkannya, jika lemah Allah menguatkannya, jika terpinggirkan Allah akan memuliakannya diantara manusia dengan kemuliaan yang tidak pernah ia bayangkan. Ia akan dicintai di alam tinggi dan di alam rendah. Pembicaraannya akan didengarkan. Perbuatannya akan diterima. Ia akan ditakuti musuhnya dan dicintai pecintanya. Ia akan selalu berada dalam perlindungan Allah SWT, selama ia mendawamkannya.

Barangsiapa yang kehilangan sebagian dari dunianya dan ia ingin agar yang hilang itu kembali padanya, dawamkanlah surat Al-Fatihah 41 kali diantara salat sunat subuh dan fardhunya selama 41 hari, tidak kurang tidak lebih. Allah akan memberikan kepadanya bagiannya, bahkan lebih utama darinya. Jika ia mandul Allah akan memberinya anak yang shaleh.

Barangsiapa membaca Al-Fatihah dengan basmalah seusai shalat fardhu 7 kali sebanyak bilangan ayatnya, Allah akan membukakan baginya pintu-pintu kebaikan selama ia membacanya. Allah akan menyelesaikan segala kesulitan agama dan dunianya.

Barangsiapa yang membaca Al-Fatihah 7 kali pada kapas yang diludahinya dan meletakkannya pada lukanya, Allah akan menyembuhkannya karena keberkahannya.

Barangsiapa yang membiasakan membacanya, setiap selesai shalat fardhu, sehingga mencapai 100 kali dalam satu hari, Allah akan meluaskan rezekinya, membaguskan keadaannya, menerangi pandangannya sesuai kemampuannya, memudahkan urusannya, melepaskan kesulitannya, menghilangkan kesulitannya, memberikan kepada pembacanya apa yang dicita-citakannya berupa kemuliaan dan ketinggian. Karena Al-Fatihah, diturunkan berkat, dipenuhi hajat, dan didalamnya ada rahasia para pemula dalam tarekat makrifat. Semua khasiat ini hanya akan diperoleh apabila dipenuhi syarat kebiasaan dan ijazah bagi orang yang mendawamkannya sebagaimana kami mengambil ijazah itu dari guru-guru kami dihadapan hadirat Nabi Saw.

Barangsiapa mendawamkan Al-Fatihah 100 kali setelah shalat fardhu (shubuh 30 kali, zhuhur 25 kali, asar 20 kali, maghrib 15 kali, isya 10 kali) ia akan mencapai maksudnya dengan segera.
Barangsiapa mempunyai hajat, bacalah Al-Fatihah 40 kali sesudah shalat maghrib (setelah menyelesaikan fardhu dan sunatnya) ia tidak boleh berdiri dari tempat duduknya sebelum menyelesaikan Al-Fatihah. Sesudahnya, bermohonlah kepada Allah. Kemudian bacalah doa ini setelah selesai dari bacaan Al-Fatihah :

(Tuhanku, ilmu-Mu mencukupi untuk semua permohonan, cukupkanlah permohonanku demi hak Al-Fatihah. Kemurahanmu mencukupi segala pembicaraan. Anugerahkan kepadaku pembicaraan demi hak Al-Fatihah dan wujudkanlah apa yang terbetik dalam batinku). [Ibn. Arabi]

Jika ia melakukan khalwat 3 hari, atau 5 hari, atau 7 hari dengan puasa dan riyadhoh dari setiap pemilikmu (ini syarat khalwat) akan muncul rahasia di tengah-tengah khalwat, khususnya malam jum'at atau hari jum'at, tetapi ia wajib menyembunyikan rahasianya dan jangan menyebarkannya di tengah orang banyak. Ia juga harus memperbanyak shalawat kepada Rasulullah ditengah khalwatnya agar memperoleh syafa'atnya untuk memudahkan pencapaian tujuannya. Ia harus melakukan shalat 5 waktu dalam waktunya dengan sunatnya. Ia harus melazimkan keadaan suci selama dalam khalwat. Ia juga harus menyertakan wewangian seperti kemenyan, anbar atau parfum lainnya (tanpa alkohol). Jika keinginannya tidak tercapai dalam 7 hari, bersabarlah sampai minggu berikutnya dan begitulah seterusnya sampai minggu ke 7 dan silakan menantinya. (Khazinat Al-Asrar, 118-120).

Barangsiapa yang ingin membuka segala kebaikan dan menutup segala keburukan dengan membaca Al-Fatihah, bacalah sebanyak bilangan hurufnya atau sebanyak para utusan (313 orang) atau 1000 kali dalam 3 hari, atau 5 hari, atau 7 hari, ia akan mencapai maksudnya dengan syarat:
 (1) Membacanya dalam wudhu,
 (2) Menghadap kiblat,
 (3) Tidak menyelingi bacaan dengan ucapan lain sebelum mencapai bilangan yang disebutkan.
Rasulullah bersabda:
Al-Fatihah terbuka untuk segala maksud kaum mu'min. Barangsiapa membacanya dengan wudhu 7 hari, setiap hari 70 kali, dan meniupkannya pada air yang bersih dan meminumnya. Allah akan memberikan kepadanya imu dan hikmah dengan anugerahnya. Allah akan mensucikan hatinya dari pikiran yang kotor, dan menjadikannya cerdas. Ia tidak akan melupakan apa yang pernah ia dengar.

Terjemahan Kitab AL-FUTŪḤĀT AL-MAKKIYYAH Jilid 2

 Risalah tentang Ma‘rifah Rahasia-rahasia Sang Raja dan Kerajaan-Nya
Alih bahasa oleh: Harun Nur Rosyid
Asy-Syaikh Al-Akbar Muḥyiddīn Ibn Al-‘Arabī Jilid 2
AL-FUTŪḤĀT AL-MAKKIYYAH Jilid 2 Risalah tentang Ma‘rifah Rahasia-rahasia  Sang Raja dan Kerajaan-Nya
Diterjemahkan dari Al-Futūḥāt Al-Makkiyyah karya Muḥyiddīn Ibn Al-‘Arabī (Mesir: Dār al-Kutub al-’Arabiyyah al-Kubrā t.t.)
Penerjemah:  Harun Nur Rosyid Desainer sampul dan tata letak:  Tim grafis Darul Futuhat
Diterbitkan oleh:
Darul Futuhat Karangmojo, Rt.01 Rw 01 Purwomartani,  Kalasan, Sleman, Yogyakarta. E-mail : penerbitdarulfutuhat@gmail.com Kontak: 0822-3376-8630
xlii + 408 hal; 16 x 24 cm Cetakan I, Syawal 1438 H/Juli 2017 M ISBN: 978-602-7398-84-9
Untuk setiap jasad, jiwa dan ruh  para penapak jalan spiritual
ﮋ     ﯺ  ﯻ ﯼ   ﯽ   ﯾ  ﯿ  ﮊ
Œ
“ Wahai Rabbku, berikanlah ampunan dan berikanlah rahmat,  dan Engkau adalah Pemberi Rahmat yang terbaik“ (QS. Al-Mu’minun 23:118)

 vii
Juz 8
Lanjutan Bab 2 Pasal Kedua: Ma‘rifah tentang Harakat- harakat yang melaluinya Huruf-huruf dapat Terbedakan. Mereka Disebut Juga Huruf-huruf kecil | 3 - Huruf-huruf yang Membentuk Kata-kata  bagaikan Unsur-unsur bagi Jasmani | 3 - Jenis-jenis Kata yang Memiliki Kesamaan  dengan Manusia, Jin dan Malaikat | 5 - Sebuah Perkara yang Halus dan Isyarat:  Pembatasan Kalam pada Zat, Perkara Baharu  dan Pengikat bagaikan Pembatasan Eksistensi pada  Zat Pelaku, Zat Penerima dan Perbuatan yang Suci | 8 - Jawāmi‘ Al-Kalim di Alam Huruf | 10 - Teori Az-Zajjājī ra. tentang Maṣdar | 12 - Harakat Jasmani dan Harakat Ruhani | 13 - Hakikat-hakikat Awal dan Penghadapan  Wajah-wajah ‘Ulwī Mereka | 15 - Stabilitas dan Instabilitas di Alam Huruf | 16 - Perbedaan Definisi Sifat Rabbani  dalam Diri Hamba dan Rabb | 17 - Lafal yang Menunjukkan pada Makna  dan Makna yang Menunjukkan pada Lafal | 19
Pedoman Transliterasi | xix Pengantar Penerjemah | xxi Pendahuluan | xxiii Glosarium | xli
Daftar Isi
viii
 - Ungkapan-ungkapan dalam Al-Qur’ān dan Hadits  yang Menggambarkan Keserupaan dan Penjasadan | 21 - Pembagian Lafal-lafal menurut Orang Arab | 22 - Para Muḥaqqiq dan Instrumen-instrumen Bahasa | 23 - Tingkatan-tingkatan Para Ulama dalam Memaknai Tanzīh: Para Ahli Tanzīh dari Kelompok Ẓāhiriyyah | 25 - Para Ahli Tanzīh dari Kelompok Pengamat Rasional | 26 - Para Ahli Tanzīh dari Kalangan Keluarga Allah | 27 - Wujud Al-Ḥaqq Swt. dan Wujud Alam Semesta | 30 - SUBJEK: Penyematan Kata “Invensi”  kepada Al-Ḥaqq Swt. | 32 Lanjutan Bab 2 Pasal Ketiga:  Tentang Ilmu, Pemilik Ilmu dan Objek Ilmu | 37 - Qalbu dan Kehadirah Ilahi | 38 - Gambaran tentang Hakikat Ilmu | 40 - KOMPLEMEN: Ma‘rifah tentang  Allah melalui Alam Semesta | 41 - Orbit-orbit adalah Tabiat Kelima | 41 - Tidak Terdapat Munasabah Sedikit pun  antara Zat Al-Ḥaqq dengan Alam Semesta | 42 Bab 3: Tentang Transendensi (Tanzīh) Al-Ḥaqq dari  Ungkapan-ungkapan yang Ditujukan kepada-Nya  dalam Kitab-Nya atau melalui Lisan Rasul-Nya Saw.  yang Mengandung Keserupaan dan Penjasadan | 45 - Seluruh Objek Ilmu Terkandung di dalam Akal Pertama | 46 - … Kecuali Alam Keterpesonaan | 47 - … Kecuali Ilmu tentang Pemurnian Tauhid | 47 - Ketidakmampuan Akal untuk Mengetahui Allah Swt. | 48
Lanjutan Bab 3 | 53 - Kata-kata Dasar Interogatif | 53 - Ilmu tentang Allah adalah Ilmu melalui Negasi | 54 - PASAL: Sesuatu yang Bisa Dipahami melalui Zatnya, Sesuatu yang Bisa Dipahami melalui Perbuatannya,  dan Sesuatu yang Tidak Bisa Dipahami Sama Sekali | 54
9 Juz
 ix
 - Beragam Kategori Objek-objek Perbuatan | 55 - PASAL: Lima Kekuatan Manusia  dan Objek-objek Pemahaman Hakikinya | 57 - Benda-benda Tabiati Hanya Bisa Mengonsumsi  Sesuatu yang Serupa dengannya | 60 - Tanzīh dan Penafian akan Keserupaan dan Tasybīh | 61 - Penyerupaan dan Penjasadan dalam Lafal-lafal Sunah:  Dua Jari Allah Swt. | 63 - Hembusan Ruh ke dalam Hati:  Makna Dua Jari Allah Swt. dari Sisi Batin | 66 - Genggaman dan Tangan Kanan | 67 - Hembusan Ruh ke dalam Hati:  Tangan Kanan dan Kiri dari Sisi Batin | 69 - Takjub, Tertawa, Gembira dan Marah | 70 - Bersikap Ramah dan Menyambut dengan Senang | 71 - Lupa | 72 - Nafas | 72 - Bentuk | 73 - Lengan atau Hasta | 75 - Kaki | 76 - Bersemayam | 76 - Hembusan Ruh Al-Qudus ke dalam Hati nan Suci:  Makna-makna Perlambang untuk Lafal-lafal Tasybīh melalui Lisan Syari‘at | 77 Bab 4: Tentang Sebab Permulaan Alam  Semesta dan Level-level Nama-nama  Terindah yang Ada di Seluruh Alam | 81 - Keistimewaan Tempat-tempat Tertentu  Berpengaruh pada Apa yang Dirasakan oleh Qalbu | 82 - Nama-nama Ilahi dan Hakikat-hakikat Wujudiah | 86 - Induk-induk Nama-nama Ilahi | 88 - Imam-imam Nama-nama Ilahi | 90 - Nama-nama Awal Alam Semesta | 91 - Nama-nama Ilahi adalah Satu dari segi Zat,  namun Beragam dari segi Keterkaitan-keterkaitan | 92 - Nama Allāh sebagai Nama yang Paling Agung | 94
x
Bab 5: Tentang Ma‘rifah Rahasia-rahasia Basmalah  dan Surah Al-Fātiḥah dari Salah Satu Sudut Pandangnya, bukan dari Semua Sudut Pandang | 95 - Fatihahnya Surah Al-Fātiḥah | 97 - Perlambang Huruf Bā’ Kalimat Bismi | 98 - Perbedaan antara Huruf Bā’ dan Alif Kalimat Bismi | 99 - Perlambang Huruf Alif Kalimat Bismi | 100 - Aktivitas Bā’ terhadap Mīm | 101 - Kemunculan Alif | 102 - Kelipatan Tiga pada Kalimat Bismi | 103 - Perlambang Huruf Sīn | 104 - Tanwin Milik Hamba yang  Dihilangkan dalam Kalimat Basmalah | 105
Lanjutan Bab 5: Lanjutan Pembahasan  tentang Rahasia-rahasia Basmalah | 109 - PASAL: Firman Allah: “Allāh” dari Kalimat “Bismillāh” | 109 - Keterkaitan Hamba dengan Alif kata “Allāh” atau  Maqām Al-Umanā’ Para Pewaris yang Tulus dan Benar | 110 - Kembali ke Pembahasan Awal:  Lanjutan Penjelasan tentang Rahasia Basmalah | 114 - Membuka yang Terkunci dan Rincian Penjelasan Global: Rahasia-rahasia Nama Allāh | 115 - KOMPLEMEN: Lima Huruf Munqaṭi‘  dan Hakikat-hakikat Universal | 116 - Dua Lām dan Penciptaan Tiga Alam | 117 - ISYARAT: Lām Jalāliyyah dan Alif Waḥdāniyyah | 119 - PELENGKAP: Beragam Harakat, Huruf dan  Makhraj yang Ada pada Nama Allāh | 121 - PASAL: Firman Allah Swt. “Ar-Raḥmān”  dalam Lafal Basmalah | 123 - Ar-Raḥmān sebagai Badal dan Deskripsi  atau Maqām Perpaduan dan Diferensiasi | 126 - Maqām Perpaduan dan Diferensiasi dalam Huruf Nūn | 127 - KOMPLEMEN: Terpisahnya Mīm dan Nūn oleh Alif | 129
10 Juz
 xi
 - Sebuah Pertanyaan dan Jawaban: Tersembunyinya  Rahasia Kekadiman dalam Mīm Alam Malakūt | 132 - KOMPLEMEN: Tersambungnya Huruf Lām dan Rā’  dalam Pengucapan Nama Ar-Raḥmān | 133 - Ar-Raḥmān dalam Bentuk Nakirah dan Ma‘rifah | 133 - SUPLEMEN: Tersembunyinya Alif dan Lām  dalam Pengucapan Lafal Basmalah | 135 - PENUTUP: Perbedaan Nama Allāh dan Ar-Raḥmān | 136 - PASAL: Firman Allah Swt. “Ar-Raḥīm”  dalam Kalimat Basmalah | 137 - CATATAN: Para Pemikul ‘Arsy pada Kalimat Basmalah | 139 - CATATAN: Mīm Kata “Bismi” dan Mīm Kata “Ar-Raḥīm” | 139 - PENGINGAT: Hari-hari Rabb dan Kalimat Basmalah | 140 - KUNCI PEMBUKA: Alif Zat dan Alif Ilmu  dalam Nama Allāh dan Ar-Raḥmān | 141 - PENJELASAN: Huruf-huruf Nama Ar-Raḥīm  dan Petunjuk-petunjuk Gaibnya | 142 - Titik-titik yang Ada pada Kalimat  Basmalah dan Petunjuk-petunjuk Gaibnya | 144 - Sebuah Makna Lembut (Laṭīfah):  Dua Titik Ar-Raḥīm dan Dua Kaki Allah Swt. | 147 - Tujuh Bintang pada Lafal Ar-Raḥīm | 148 - PASAL: Tentang Rahasia-rahasia Umm Al-Qur’ān | 149 - Nama-nama Surah Al-Fātiḥah | 149 - SEBUAH VISI: Rahasia-rahasia Kalimat Hamdalah | 155 - PENGINGAT: Rahasia-rahasia  “Alḥamdulillāh” dan “Alḥamdubillāh” | 160 - PASAL: Tentang Firman Allah Swt.: “Rabbi Al-‘Ālamīn, Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm” | 161 - Al-Kalimah adalah Tempat Tersimpannya  Pelbagai Rahasia dan Hikmah | 162 - Penyesalan Ruh Universal di Langit | 164 - Tuan-tuan dan Objek-objek Mereka  di Alam-alam yang Berbeda-beda | 166 - PASAL: Tentang Firman Allah Swt. “Mālik Yawm Ad-Dīn” | 168 - Raja yang Ada di dalam Wujud Diri Kita | 169
xii
 - PASAL: Tentang Firman Allah  “Iyyāka Na‘budu wa Iyyāka Nasta‘īn” | 172 - Huruf Yā’ dari Kata “Iyyāka” adalah  Perlambang Hamba Universal | 173 - PASAL: Tentang Firman Allah Swt. “Ihdinā aṣ-ṣirāt  al-mustaqīm, ṣirāṭ al-lażīna an‘amta ‘alayhim gayr  al-magḍūb ‘alayhim wa lā aḍ-ḍāllīn, āmīn” | 174 - Pasal-pasal Pemberi Ketenangan dan Kaidah Fundamental: Takwil sebagian Awal Surah Al-Baqarah dalam Perspektif Keindahan dengan Mata Ketersambungan | 177 - Penjabaran tentang Apa yang Kami Jelaskan secara Singkat mengenai Bab ini: Para Wali yang Tersembunyi  di dalam Sifat Musuh-musuh Allah Swt. | 178 - PASAL: Tentang Surah Al-Baqarah Ayat 8 - 10 | 180 - PASAL: Tentang Rahasia-rahasia Orang Munafik  Surah Al-Baqarah Ayat 11-12 | 183 - PASAL: Tentang Rahasia-rahasia  Orang Munafik Surah Al-Baqarah Ayat 13 | 184 - PASAL: Tentang Rahasia-rahasia  Orang Munafik Surah Al-Baqarah Ayat 14 | 185
Bab 6: Ma‘rifah tentang Permulaan Penciptaan Ruhani, Siapa Eksisten Pertama yang Ada di dalamnya, dari Apa Ia Tercipta, di dalam Apa Ia Tercipta, Berdasarkan Model Seperti Apa Ia Diciptakan, untuk Apa Ia Diciptakan dan Apa Tujuannya, serta Ma‘rifah tentang Orbit-orbit  Makrokosmos dan Mikrokosmos | 191 - Penjelasan Singkat dalam Bentuk  Ringkasan secara Global | 194 - PENJABARAN DAN PENJELASAN BAB: Empat Objek Ilmu Wujudi | 198 - PASAL: Awal Mula Penciptaan Alam Semesta dan  Modelnya: Debu dan Hakikat Muḥammadiyyah | 201 - Tujuan Penciptaan Alam Semesta | 203 - Alam Semesta Seluruhnya Hidup dan Berbicara | 204 - Klasifikasi Manusia dari Dua  Genggaman Tangan Allah Swt. | 205
11 Juz
 xiii
 - Alam-alam ‘Ulwī dan Suflī serta  Perbandingannya dengan Manusia | 207
Bab 7: Ma‘rifah tentang Permulaan Penciptaan  Jasmani Manusia, dan Ia adalah Jenis Terakhir  dari Eksisten Makrokosmos dan Spesies Terakhir  dari Makhluk-makhluk yang Dilahirkan | 211 - Usia Alam Tabiati | 212 - Pergerakan Alamiah dan Pergerakan Paksaan Orbit-orbit | 213 - Penciptaan Pena dan Lauh | 214 - Penciptaan Debu (Al-Habā’) | 215 - Empat Level yang Berada di antara Ruh dan Debu | 215 - Penciptaan Makhluk-makhluk  yang Dilahirkan (Al-Muwalladāt) | 216 - Orbit Terendah dan 12 Zodiak | 217 - Empat Tabiat dan Empat Unsur | 217 - Orbit Tak Berbintang (Al-Falak Al-Aṭlas) | 219 - Penciptaan Dunia | 220 - Penciptaan Akhirat | 220 - Tujuan Kedua Penciptaan Alam Semesta | 221 - Pergerakan Langit dan Pergerakan Bumi | 221 - Penciptaan Bumi dan Penentuan Makanan-makanannya | 222 - Penciptaan Manusia | 223 - Tubuh-tubuh Manusia dan Beragam Jenisnya | 227 - Tubuh Nabi Ādam as. dan Tubuh Siti Ḥawwā’ ra. | 228 - Rasa Cinta Ādam as. dan Rasa Cinta Ḥawwā’ ra. | 228 - Proses Penciptaan Tubuh Anak-anak Ādam as. | 229 - Penciptaan Tubuh Nabi ‘Īsā as. | 230 - Manusia di Bumi Setara dengan Akal Pertama di Langit | 232 - Ujian yang Diberikan kepada Manusia berupa Pikiran | 233
Bab 8: Ma‘rifah tentang Bumi yang Tercipta dari Sisa  Fermentasi Adonan Tanah Nabi Ādam as. Ia Dinamakan “Bumi Hakikat”, serta Cerita tentang Sebagian Keanehan dan Keajaiban yang Ada di dalamnya | 237
xiv
 - Pohon Kurma adalah Saudari Nabi Ādam as. | 238 - Majelis Rahmat di Bumi Hakikat | 240 - Gambaran Bagaimana Cara Masuk ke Bumi Hakikat | 241 - Hikayat Syaikh Awḥad Ad-Dīn Al-Kirmānī ra.  dan Guru Beliau | 242 - Tanah dan Buah-buahan di Bumi Hakikat | 243 - Wanita di Bumi Hakikat serta Lautan dan Kendaraannya | 245 - Keajaiban-keajaiban Bumi Hakikat | 247 - Kota-kota yang Ada di Bumi Hakikat | 249 - Raja-raja di Bumi Hakikat | 250 - Tata Kelola Kerajaan di Bumi Hakikat | 252 - Segala Sesuatu yang Mustahil  di Dunia Bisa Terjadi di Bumi Hakikat | 253
Bab 9: Ma‘rifah tentang Wujud Ruh-ruh  Mārijiyyah yang Berasal dari Api | 259 - Penciptaan Jin, Malaikat dan Manusia | 260 - Kohesi Maknawi antara Langit dan Bumi | 261 - Empat Anasir dan Proses Penjadian Jin dan Manusia | 262 - Hal Ihwal Jin pada Saat Dibacakan Surah Ar-Raḥmān | 263 - Bentuk Asli Makhluk Ruhani | 264 - Proses Reproduksi Jin | 264 - Jarak Waktu antara Penciptaan Jin dan Manusia | 264 - Jin adalah Barzakh antara Malaikat dan Manusia | 265 - Makanan Bangsa Jin dan Pernikahan Mereka | 266 - Kabilah-kabilah dan Suku-suku Bangsa Jin | 266 - Proses Penjelmaan Makhluk Alam Ruhani | 267 - Proses Penciptaan Alam Jin | 269 - Perbedaan Konfigurasi Manusia dan Jin | 270 - Setan Pertama dari Bangsa Jin  dan Jin Qarīn Rasulullah Saw. | 272 - Iblis adalah Jin Pertama yang Celaka | 273 - Bentuk Azab Bangsa Jin di Neraka | 273
12 Juz
 xv
Bab 10: Ma‘rifah tentang  Daur Kerajaan (Dawrah Al-Mulk) | 275 - Para Nabi adalah Wakil-wakil Nabi Muḥammad Saw. | 276 - Sisi Ruhani Nabi Muḥammad Saw.  Ada pada Setiap Nabi dan Rasul | 278 - Syari‘at Nabi Muḥammad Saw.  Menghapus Semua Syari‘at Terdahulu | 278 - Kepemimpinan Nabi Muḥammad Saw.  atas Seluruh Keturunan Ādam as. | 279 - Luasnya Cakupan Sebuah Lafal | 281 - Daur Kerajaan | 283 - Permisalan ‘Īsā as. di sisi Allah Swt. seperti Ādam as. | 284 - Terpisahnya Tubuh Siti Ḥawwā’ ra. dari Nabi Ādam as. | 285 - Lambang Proses Pernikahan dalam Kata “Kun!” | 286 - Yang Terpisah Pertama Kali dan  Terakhir Kali di dalam Daur Kerajaan | 287 - Seorang Sultan adalah Bayang-bayang Allah di Bumi | 290 - PASAL: Level-level Ahl Al-Fatrah | 290 - Para Ahl Al-Fatrah yang Selamat | 291 - Para Ahl Al-Fatrah yang Celaka | 293
Bab 11: Ma‘rifah tentang  Ayah-ayah ‘Ulwī dan Ibu-ibu Suflī Kita | 295 - Ayah, Ibu dan Anak | 297 - Empat Istri dan Empat Elemen | 298 - Teori tentang Asal Kelima | 299 - Ayah, Ibu dan Pernikahan Pertama | 300 - Akal Universal dan Jiwa Universal | 301 - Pernikahan Maknawi antara Pena dan Lauh | 302 - Tabiat Universal dan Debu | 304 - Teori tentang Titik Pusat dan  Haluan Akhir Elemen-elemen | 305 - Perputaran Orbit-orbit ‘Ulwī | 306 - Zamān dan Urusan-urusan Ilahi | 309 - Piramida Mesir Dibangun Ketika  Bintang Altair berada di Zodiak Leo | 310
xvi
 - Perintah Ilahi yang Diturunkan dari Langit ke Bumi | 311 - Pernikahan Bintang-bintang dengan  Empat Elemen dan Pernikahan Penghuni Surga | 312 - Rasa Syukur kepada Allah dan  Kedua Orang Tua dari Maqām Universal | 314 - Salam yang Paling Menyeluruh untuk  Seluruh Makhluk di Alam Semesta | 315 - Ayah-ayah dan Ibu-ibu Tabiati | 317
Bab 12: Ma‘rifah tentang Perputaran Orbit Tuan Kita  Nabi Muḥammad Saw., yakni Daur Kepemimpinan (Dawrah As-Siyādah), dan Zamān [di Masa Beliau] Berputar Kembali seperti Bentuk Perputarannya pada Hari Allah Swt. Menciptakannya | 323 - Eksistensi Ruh Nabi Muḥammad Saw. di Alam Gaib | 324 - Perputaran Zamān | 325 - Nabi-nabi Haram dan Bulan-bulan Haram | 326 - Kelahiran Rasulullah Saw. di Masa  Peredaran Zodiak Libra | 326 - Kepemimpinan Rasulullah Saw.  dalam Hal Ilmu dan Hukum Syari‘at | 327 - Keistimewaan Nabi Muḥammad Saw.  dari Wahyu Perintah Tujuh Petala Langit | 329 - Mīzān dan Zamān | 336 - Perputaran Zaman yang Pertama  Berakhir pada Permulaan Zodiak Libra | 338 - Seluruh Alam Semesta Hidup,  Mengetahui dan Berbicara | 340
Bab 13: Ma‘rifah tentang  Pemikul ‘Arsy (Ḥamalah Al-‘Arsy) | 343 - Definisi ‘Arsy dalam Bahasa Arab | 344 - ‘Arsy Terdiri dari Jasmani, Ruh, Makanan dan Level | 345 - Jasmani-jasmani Nurani dan  Para Malaikat Al-Muhayyamūn | 346 - Akal Pertama adalah Kutub  Alam Tulisan dan Goresan | 347
13 Juz
 xvii
 - ‘Arsy dan Malaikat-malaikat yang Menghuninya | 348 - Kursi dan Malaikat-malaikat yang Menghuninya | 349 - Ruh-ruh dan Bentuk-bentuk  Nurani, Imajinal dan Unsuri | 350 - Makanan Para Ruh dan Bentuk | 351 - Level-level Alam Semesta dalam  Hal Kebahagiaan dan Kesengsaraan | 351 - Para Pemikul ‘Arsy di Dunia dan Akhirat | 352 - ‘Arsy Sebagai Singgasana | 353
Bab 14: Ma‘rifah tentang Rahasia-rahasia Para Nabi, yakni Nabi-nabi di Kalangan Para Wali | 355 - Definisi Nabi dan Rasul | 356 - Nabi-nabi di Kalangan Para Wali | 357 - Penjaga Hukum Kenabian dan Penjaga Ḥāl Kenabian | 360 - Para Kutub Umat-umat Terdahulu | 362 - Ruh Muḥammadī dan Lokus-lokus  Manifestasinya di Alam Semesta | 362
Bab 15: Ma‘rifah tentang Nafas-nafas (Al-Anfās)  dan Kutub-kutubnya, yaitu Para Muḥaqqiq  tentangnya serta Rahasia-rahasia Mereka | 367 - Kutub Pertama: Mudāwī Al-Kulūm | 368 - Mudāwī Al-Kulūm dan Ilmu Kimia | 369 - Empat Kombinasi Cairan dalam  Konfigurasi Tubuh Manusia | 370 - Mudāwī Al-Kulūm dan Bekasan-bekasan Alam ‘Ulwī | 372 - Imam Mudāwī Al-Kulūm dan Murid-muridnya | 373 - Pertemuah Syaikh Ibn ‘Arabī ra.  dengan Ibn Rusyd ra. di Kordoba | 375 - Mudāwī Al-Kulūm dan Ilmu Falak | 377 - Level-level Para Abdāl | 379 - Maqām-maqām Tujuh Abdāl dan Wirid-wiridnya | 384 - Para Khalifah Pengganti Kutub Mudāwī Al-Kulūm | 387
14 Juz
xviii
Bab 16: Ma‘rifah tentang Manzilah-manzilah Suflī  dan Ilmu-ilmu Kosmis serta Prinsip Dasar Ma‘rifah kepada Allah yang Berasal darinya Ma‘rifah tentang Para Awtād dan Abdāl  serta Ruh-ruh ‘Ulwī yang Menyertai Mereka  dan Susunan Orbit-orbitnya | 391 - Empat Jalan Masuk Setan dari Empat Arah Manusia | 392 - Tongkat Nabi Mūsā as. dan Tali-tali Para Penyihir | 396 - Keraguan pada Indrawi dan Kekeliruan Kaum Sofis | 398 - Susunan “Kota” Tubuh Manusia | 399 - PASAL: Ma‘rifah tentang Al-Ḥaqq dari  Manzilah-manzilah Suflī | 402 - PASAL: Tentang Level-level Para Awtād  dan Manzilah-manzilahnya | 403
 xix
ء = ’ ب = b ت = t ث = ṡ ج = j ح = ḥ خ = kh
د = d ذ = ż ر = r ز = z س = s ش = sy ص =
ك = k ل = l م = m ن = n ﻫ = h و = w ي = y
ا panjang = ā و panjang = ū ي panjang = ī
ض = ḍ ط = ṭ ظ = ẓ ع = ‘ غ = g ف = f ق = q
Pedoman Transliterasi
xx
 xxi
Pengantar Penerjemah
P
“Aku merasakan seperti ada sehelai rambut tumbuh dari dalam dadaku terus  hingga ke tenggorokan dan mulutku. Ternyata itu adalah seekor hewan  dengan kepala, lidah, mata dan mulut. Kemudian ia menyebar hingga kepalanya mencapai kedua ufuk timur dan barat, lalu ia menyusut  kembali ke dadaku. Dari situ tahulah aku bahwa perkataanku  kelak akan menyebar hingga ke penjuru timur dan barat.” – Dīwān al-Ma‘ārif –  Syaikh Ibn ‘Arabī ra.
ada akhir kitab al-Futūḥāt al-Makkiyyah, Syaikh Ibn ‘Arabī ra. mewakafkan kitab ini kepada putra sulung beliau, Muḥammad Al-Kabīr, putra dari istrinya Fāṭimah binti Yūnus bin Yūsuf Amīr Al- Ḥaramayn, lalu kepada anak keturunan setelahnya serta seluruh umat muslim, baik di barat maupun di timur, di darat ataupun di laut. Dari tangan putra beliau itu kitab ini terus mengembara ke ufuk timur dan barat hingga berabad-abad kemudian demi mewujudkan visi yang dilihat sang Syaikh di atas. Menembus relung-relung hati para pembacanya, membukakan bagi mereka pintu-pintu yang terkunci, mempersiapkan qalbu untuk menerima hembusan nafas-nafas aroma kedekatan Ilahi.
xxii
Mengambil mutiara-mutiara keilmuan Syaikh Akbar tidak semudah mengambil bebatuan dari sungai yang dangkal. Kita harus menyelam jauh ke dasar lautan tempat kerang-kerang menyembunyikan mutiara tersebut. Dibutuhkan “nafas yang panjang” dan tekad yang kuat untuk bisa bertahan. Untuk itu, penerjemah mengharapkan doa-doa dari pem- baca sekalian agar menjadi selang-selang bantuan udara yang bisa mem- buat “nafas” penerjemah menjadi lebih panjang. Semoga setiap doa yang terucap menjadi kebaikan yang berlipat, serta menjadi penyelamat kelak di hari akhirat. Seiring shalawat dan salam kepada tuan dan raja alam semesta, Rasulullah Muḥammad Saw., lantunan surah Al-Fātiḥah juga tertuju ke- pada Asy-Syaykh Al-Akbar Muḥyiddīn Muḥammad Ibn Al-‘Arabī ra. Semoga beliau berdua berkenan mendampingi perjalanan kita mem- pelajari warisan kenabian dan wakaf keilmuan yang telah diserahkan kepada kita ini. Dan semoga Allah Swt. sudi membukakan pintu-Nya, menyingkapkan rahasia-rahasia-Nya, serta melimpahkan ilmu dari sisi- Nya. Agar hamba mampu mengenali kehambaannya dan menyerahkan sepenuhnya Rububiah hanya kepada-Nya. Āmīn, yā Rabb al-‘ālamīn!
Pengantar ini ditulis bertepatan dengan malam kelahiran  Asy-Syaykh Al-Akbar Muḥyiddīn Muḥammad Ibn Al-‘Arabī ra. 878 tahun silam, tepat pada malam Senin 17 Ramadan 560 H.
Yogyakarta, malam Senin 17 Ramadan 1438 H.
 xxiii
ibalah kita pada jilid kedua kitab al-Futūḥāt al-Makkiyyah. Seperti yang sudah kita ketahui pada pendahuluan jilid pertama, Syaikh Ibn ‘Arabī ra. menulis dua versi dari kitab yang menjadi magnum opus beliau ini. Versi pertama penulisannya dimulai di Mekkah pada warsa 599/1203 sejak pertemuan beliau dengan “Ruh Sang Pemuda” (al-fatā). Dari perjumpaan dan dialog tanpa kata dengan Ruh Pemuda tersebut kitab agung ini terlahir. Proses penulisan versi pertama berlangsung di tengah perjalanan tanpa henti yang beliau lalui dari negara ke negara, sambil diselingi penulisan lusinan kitab lainnya. Setelah menyelesaikan versi pertama pada bulan Safar 629/1231, Syaikh Ibn ‘Arabī ra. menulis ulang kitab ini dengan tangan beliau sendiri sambil merevisi, menam- bah dan mengurangi beberapa bagiannya. Proses penulisan versi kedua dimulai pada tahun 632/1234-35 hingga 636/1238 dalam suasana yang lebih tenang di kediaman beliau di Damaskus. Pada naskah versi kedua beliau membagi kitab ini menjadi 37 jilid (asfār t. sifr), pembagian yang tidak ada sebelumnya pada naskah versi pertama. Setiap jilid berisi 7 juz sehingga keseluruhannya berjumlah 259 juz. Sama seperti jilid pertama, jilid kedua ini juga berisikan 7 juz. Mulai dari lanjutan bab 2 tentang Rahasia Huruf, yakni pasal kedua dan ketiga, kemudian bab 3 hingga akhir bab 16. Tidak seperti jilid pertama yang didominasi oleh halaman-halaman yang berisikan resume dengan kalimat-kalimat ringkas yang memaksa pembaca hanya duduk sambil
Pendahuluan
T
xxiv
mendengarkan tanpa bisa benar-benar memahami setiap topiknya, pada  jilid kedua ini kita akan mulai disuguhi gaya penjelasan Syaikh yang begitu mendetail, gamblang, jelas dan “penuh kejutan”. Salah satu kelebihan tulisan-tulisan Syaikh Ibn ‘Arabī ra. yang mem- buat banyak peneliti dari barat maupun timur “ketagihan” untuk terus menerus mengkaji adalah setiap kali kita membaca satu subjek tertentu, kita akan menemukan satu hal baru yang akan membuat kita terkagum- kagum. Meskipun terkadang kita merasa sudah bisa menebak isi sebuah bab dari judulnya, tetapi pada kenyataannya penjelasan beliau pada bab tersebut jauh dari apa yang kita pikirkan. Seringkali ketika memulai satu pokok pembahasan baru, beliau mengutip satu atau dua ayat Al-Qur’ān dan hadits Nabi yang sepertinya tidak relevan dengan apa yang sedang dibicarakan. Kemudian beliau mulai menjelaskan dengan mengumpul- kan semua pendapat mazhab-mazhab yang ada, lalu dengan indahnya mengemukakan sebuah gagasan orisinil yang tak pernah terdengar se- belumnya. Syaikh menegaskan bahwa dalam kitab ini beliau hanya akan menyajikan hakikat dan realitas yang tidak pernah disinggung sebe- lumnya oleh para ulama terdahulu, atau bahkan belum mereka ketahui sama sekali. Dan bisa jadi hanya beliau yang mengetahuinya dan tidak akan diberikan lagi kepada orang lain setelah beliau. Kendatipun demikian, yang harus menjadi catatan adalah bahwa tasawuf dan sufisme pada taraf tertentu tidak lagi hanya sekedar menjadi sarana untuk mengubah seseorang dengan karakter buruk menjadi lebih baik. Tetapi pada level lanjut, tasawuf lebih kepada mengubah mereka yang sudah baik untuk menjadi “sempurna”. Hal inilah yang membuat pembaca karya-karya tasawuf tertentu harus sudah memiliki pondasi yang kuat dalam keilmuan Islam. Tak terkecuali kitab ini. Kitab ini secara khusus dan ajaran Syaikh Ibn ‘Arabī ra. secara umum bukan ditujukan untuk para pemula yang baru mengenal Islam atau para muslim awam. Sebagai seorang penulis, Syaikh Ibn ‘Arabī ra. tidak menulis untuk orang awam atau bahkan para ahli fikih dan ilmu kalam. Beliau hanya mem- peruntukkan tulisan-tulisannya bagi Para ‘Ārif dan ulama yang telah me- nguasai semua jenis keilmuan Islam. Yaitu mereka yang telah memahami seluk beluk Al-Qur’ān, tafsir, hadits, tata bahasa Arab, fikih, ilmu kalam, filsafat Islam, dan bahkan tasawuf itu sendiri.
 xxv
Dalam rangka meminimalisir kendala tersebut, penerjemah berusa- ha sebisa mungkin memberikan catatan dan referensi penunjang pada setiap topik yang terdengar asing. Sumbangsih dari para ulama, sarjana dan peneliti dari beberapa dekade terakhir amat sangat membantu untuk menguak tabir-tabir dan misteri yang tak terpecahkan bagi sebagian orang selama berabad-abad. Pada pendahuluan ini, penerjemah akan memberikan gambaran umum masing-masing bab yang ada pada setiap juz jilid ke-2. Disertai materi-materi penunjang yang dianggap perlu yang diambil baik dari bagian lain kitab ini maupun dari hasil karya para peneliti yang sudah ada, dengan harapan agar bisa lebih mempermudah pemahaman bagi pembaca.
Gambaran Umum Juz 8 Juz 8 dimulai dengan lanjutan bab 2 tentang Rahasia-rahasia Huruf, yakni pasal kedua mengenai “harakat-harakat yang melaluinya huruf- huruf bisa terbedakan”. Syaikh Ibn ‘Arabī ra. menamakan harakat seba- gai “huruf-huruf kecil”. Seperti yang kita lihat pada jilid 1, penjelasan tentang huruf berkisar pada penjabaran simbolisasi makna huruf-huruf  sebagai rumus wujud alam semesta, yang menuntun kita untuk mema- hami posisi Allah Swt. sebagai Sang Pemberi Taklif (Mukallif) dan hamba sebagai penerima taklif (mukallaf). Huruf-huruf yang dibicarakan oleh Syaikh adalah huruf-huruf hijaiyah Arab, maka tak pelak lagi pasti terkait  erat dengan ilmu-ilmu tata bahasa Arab. Makna-makna yang dijelaskan pada pasal ini banyak diretas dari teori-teori nahwu dan penjabaran makna-makna batinnya. Harakat tidak mungkin bisa mewujud sebelum ada huruf-huruf yang tersusun menjadi sebuah kata. Huruf-huruf yang terangkai menjadi kata tersebut bagaikan unsur-unsur air, tanah, api dan udara yang menyusun konfigurasi tubuh manusia, lalu harakat yang disematkan bagaikan ruh yang dihembuskan setelah konfigurasi tersebut telah terbentuk. Pem- bagian kalam dalam bahasa Arab menjadi ism (kata benda/sifat), fi‘l (kata kerja) dan ḥarf (huruf) menjadi perlambang pembagian “Kalam” kosmos yang terdiri dari zat pelaku, benda baharu (ḥadaṡ) atau zat penerima, dan perbuatan yang menjadi sebuah keterkaitan yang mengikat antara keduanya (rābiṭah).
xxvi
Pada pasal ini Syaikh juga menyinggung tentang kata atau lafal yang tercantum dalam Al-Qur’ān dan hadits yang mengandung makna penyerupaan (tasybīh) dan penjasadan (tajsīm) terhadap Allah Swt., seperti dua jari, dua kaki, tangan, marah, tertawa, gembira dan lain sebagainya. Beliau mengemukakan alasan kenapa Allah memakai lafal-lafal tersebut untuk menjelaskan tentang Diri-Nya, kemudian menyebutkan hierarki kelompok-kelompok ulama yang menghindari makna-makna tasybīh- nya, yaitu mereka yang mengambil aspek-aspek transendensi (tanzīh) Al-Ḥaqq Swt. dari beragam makna lafal tersebut. Topik ini akan dibahas lebih mendalam pada bab 3. Pasal ketiga bab 2 berbicara tentang definisi ilmu, pemilik ilmu dan objek ilmu. Di sini Syaikh menjelaskan tentang qalbu sebagai lokus pe- nerima ilmu, ia bagaikan sebuah cermin yang bisa menerima pantulan penampakan (tajallī) dan Kehadiran Ilahi. Juga tentang bagaimana karak- teristiknya dan apa saja yang bisa menghalanginya untuk menerima ilmu. Tujuan utama pasal ini agar pembaca bisa memperkirakan sejauh mana manusia bisa memiliki ilmu mengenai Allah Swt. Bagian akhir juz 8 adalah awal dari bab 3 tentang ketiadataraan dan transendensi (tanzīh) Al-Ḥaqq Swt. dari lafal-lafal yang mengandung penyerupaan (tasybīh) dan penjasadan (tajsīm). Keterbatasan akal untuk bisa mengenal Allah Swt. bisa diruntut hingga penciptaan Akal Pertama yang tidak mungkin bisa memahami Zat Allah dengan sendirinya secara independen tanpa pemberitahuan dari-Nya. Seluruh objek ilmu di alam semesta terkandung di dalam Akal Pertama, kecuali ilmu tentang Alam Keterpesonaan dan pemurnian tauhid, yaitu Keilahian Allah dari segi Zat-Nya.
Gambaran Umum Juz 9 Juz ini dimulai dengan lanjutan bab 3. Di sini Syaikh masih menge- mukakan argumen tentang mengapa akal tidak mungkin bisa mencari sendiri pemahaman tentang Allah. Segala macam kata dasar interogatif seperti apakah/adakah, apa, bagaimana dan untuk apa, tidak mungkin bisa ditanyakan mengenai-Nya. Pemahaman tentang segala sesuatu selain Allah terbagi menjadi dua: sesuatu yang bisa dipahami melalui zatnya dan sesuatu yang bisa dipahami melalui perbuatannya, tetapi
 xxvii
Allah Swt. tidak mungkin bisa dipahami melalui dua hal tersebut, karena keduanya adalah sifat makhluk dan Allah Maha Tersucikan dari hal itu. Lima kekuatan yang ada pada diri manusia untuk memahami objek-objek keilmuan, yaitu indrawi, imajinasi, akal, pikiran dan memori, semuanya terhalang untuk bisa memahami-Nya. Dari argumen-argumen di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memahami lafal-lafal yang mengandung ketidakjelasan (mutasyābihāt) mengenai Allah dalam Al-Qur’ān dan sunah, kita tidak bisa hanya meng- andalkan kekuatan manusiawi saja, tetapi dibutuhkan anugerah dan pemberitahuan langsung dari Allah melalui kasyf dan ilmu ladunnī. Pada bab ini Syaikh menyebutkan sebagian contoh dari lafal-lafal tersebut be- serta aspek-aspek tanzīh-nya. Tidak ada satu pun dari lafal-lafal dalam Al-Qur’ān atau hadits yang menunjukkan adanya penyerupaan dan pen- jasadan kepada Allah Swt. kecuali pasti orang-orang Arab memiliki sudut pandang lain dari sisi pemaknaannya yang tidak mengandung unsur penjasadan sama sekali. Pada bab 4 Syaikh Ibn ‘Arabī ra. mulai menyentuh penjelasan tentang kosmologi yang berawal dengan sebab-sebab penciptaan alam semesta, yakni Nama-nama Ilahi yang menuntut keberadaan kosmos. Pada bagian awal bab ini Syaikh Akbar menyapa sahabat beliau Syaikh ‘Abd Al-‘Azīz Al-Mahdawī ra. guna menceritakan kelebihan-kelebihan kota Mekkah dan Baytullāh. Beliau menguraikan tentang faktor yang bisa membuat suatu tempat memiliki energi spiritual yang berbeda dengan tempat lain,  sehingga seseorang bisa lebih khusyuk dan bisa menemukan qalbunya lebih kuat di satu tempat melebihi yang lain. Kemudian pembahasan berlanjut pada subjek utama, yaitu tentang Nama-nama Ilahi yang menjadi sebab terciptanya alam semesta. Uraian- nya berkisar pada keterkaitan Nama-nama Ilahi dengan hakikat-hakikat yang ada di alam semesta, Induk-induk dan Imam-imam Nama-nama Ilahi, serta Nama pertama yang terkait dengan alam. Nama-nama Ilahi dalam definisi Syaikh memiliki banyak fungsi dan makna yang berbeda- beda. Jika dinisbahkan kepada Zat Allah, Nama-nama adalah lokus-lokus manifestasi Wujud-Nya dan tempat-tempat tajallī Kesempurnaan-Nya. Jika dinisbahkan kepada alam, Nama-nama Ilahi menjadi sebab-sebab penciptaannya dan yang membuatnya tetap terjaga dan terus berlanjut.
xxviii
Apabila dinisbahkan kepada manusia, Nama-nama Ilahi menjadi alat yang bisa menyampaikan mereka kepada Penciptanya. Dalam terminologi Syaikh Ibn ‘Arabī ra., Nama-nama Ilahi sering disebut dengan istilah lain yang bersinonim dengannya, seperti sifat (ṣifah), keterkaitan (nisbah), realitas/hakikat (ḥaqīqah), akar/asal (aṣl) dan penyangga (mustanad). Dalam memahami Nama-nama Ilahi, Syaikh selalu menekankan bahwa semua Nama pada hakikatnya adalah satu dan terkait pada Zat Yang Satu. Kesan yang membuat mereka terlihat berbeda-beda hanyalah keterkaitan-keterkaitan yang dibawa oleh setiap Nama. Di dalam setiap Nama terkandung semua Nama-nama yang lain, karena setiap Nama pasti menunjukkan kepada Zat Allah sekaligus sebuah makna yang dikandung dan dituntut olehnya. Dari segi ia menunjukkan pada Zat, maka Nama tersebut memiliki seluruh Nama yang lain. Tetapi dari segi makna yang hanya dimiliki oleh Nama itu sendiri, ia menjadi terbedakan dari Nama-nama yang lain.
Gambaran Umum Juz 10 Sepanjang juz 10 akan dipenuhi oleh bab 5, satu bab panjang me- ngenai rahasia-rahasia basmalah dan surah Al-Fātiḥah dari salah satu aspeknya, yaitu aspek sebagai pembuka Al-Qur’ān dan rumus atau simbol perlambang awal penciptaan kosmos. Al-Qur’ān adalah “mushaf kecil”, sedangkan alam semesta adalah “mushaf besar”. Rahasia-rahasia tentang mushaf besar semuanya pasti terkandung di dalam mushaf kecil, baik dalam bentuk makna yang tertulis maupun simbol dan perlambang yang tersimpan dalam huruf-hurufnya. Karenanya, di dalam surah pembuka Al-Qur’ān (Al-Fātiḥah) dan pembuka dari pembuka Al-Qur’ān (basmalah sebagai ayat pembuka surah Al-Fātiḥah) terdapat kunci rahasia awal penciptaan alam semesta. Pada bab ini kita akan kembali berhadapan dengan gaya penjelasan Syaikh yang rumit, penuh dengan rumus dan perlambang, serta cende- rung ditujukan bukan untuk semua orang. Penjelasan beliau akan sangat mendetail hingga ke bentuk komponen-komponen huruf dan titik-titik- nya. Untuk bisa memahami dengan seksama apa yang disampaikan Syaikh pada bab ini, kita harus sudah memahami beberapa bab setelahnya, karena topik-topik bab-bab selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan
 xxix
kosmologi, akan disinggung secara singkat pada bab ini dengan tanpa penjelasan lebih lanjut. Disarankan bagi pembaca untuk melewati saja bagian-bagian yang terasa sulit, untuk kemudian mengulangnya setelah menyelesaikan beberapa bab di depannya. Bab ini tidak bisa dikatakan mewakili corak hermeneutika dan tafsir Syaikh secara umum, karena seperti yang kita lihat pada judulnya, ia hanya menitikberatkan pada aspek basmalah sebagai simbolisasi awal penciptaan alam semesta. Pada dasarnya, semua kitab Syaikh Ibn ‘Arabī ra. adalah kumpulan tafsir Al-Qur’ān dan ensiklopedi syarah hadits- hadits nabawi. Maḥmūd Maḥmūd Gurāb selama 25 tahun lebih telah me- ngumpulkan hampir semua kitab Syaikh Ibn ‘Arabī ra. yang masih tersedia dan menyusunnya menjadi sebuah tafsir Al-Qur’ān. Ia menggabungkan setiap bagian dari kitab-kitab Syaikh yang relevan dengan ayat tertentu dan menyusunnya menjadi 4 jilid kitab tafsir dengan judul Raḥmah min Ar-Raḥmān fī Tafsīr wa Isyārāt al-Qur’ān min Kalām Asy-Syaikh Al-Akbar Muḥ- yiddīn Ibn Al-‘Arabī.
Gambaran Umum Juz 11 Juz 11 dimulai dengan bab 6 yang berbicara tentang permulaan pen- ciptaan makhluk ruhani. Setelah membahas tentang Nama-nama seba- gai sebab terciptanya alam semesta pada bab 4 dan rumus-rumusnya di alam huruf pada bab 5, pada bab ini Syaikh mulai menjabarkan proses penciptaan alam semesta, siapa eksisten pertama di dalamnya, dari apa ia tercipta, di dalam apa ia tercipta, berdasarkan model seperti apa ia ter- cipta dan untuk apa ia diciptakan. Di dalam eksistensi ada empat objek ilmu yang bisa diketahui: Al- Ḥaqq Swt., Hakikat Para Hakikat, alam semesta dan manusia. Di sini kita akan diperkenalkan untuk pertama kalinya kepada “Hakikat Para Hakikat” dan sebuah eksisten ruhani yang bernama “Debu” (Al-Habā’). Para filosof menyebutnya sebagai “Hyle Universal” atau “Prime Matter” (Materi Utama). Al-Habā’ adalah sebuah substansi gelap yang di dalamnya terkandung bentuk-bentuk jasmani seluruh alam semesta secara potensi dan kompetensi. Ia adalah materi utama alam semesta, seperti seorang tukang batu yang meletakkan sebuah batu untuk kemudian dipahat sesuai dengan keinginannya.
xxx
Di bagian akhir bab Syaikh sedikit masuk ke ranah antropologi, tentang persamaan antara alam semesta sebagai makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos. Di dalam alam semesta terdapat empat kategori alam yang setiap cabangnya memiliki persamaan dengan satu bagian dalam diri manusia. Empat alam itu adalah Alam Tertinggi, Alam Transformasi, Alam Hunian dan Alam Keterkaitan-keterkaitan. Bab 7 berbicara tentang permulaan penciptaan jasmani manusia. Tahapan-tahapan penciptaan alam akan dijelaskan secara periodik. Sebe- lum masuk ke pembahasan penciptaan jasmani manusia, Syaikh men- jelaskan secara singkat susunan alam semesta dari yang tertinggi hingga terendah. Nantinya susunan ini akan dijelaskan lebih terperinci pada bab 371, disertai diagram-diagram gambaran susunan alam. Penelitian tentang akurasi teori kosmologi Syaikh Ibn ‘Arabī ra. jika dibandingkan dengan penemuan ilmiah modern telah disusun dengan relatif lengkap oleh M. Haj Yousef dalam bukunya Ibn ‘Arabī Time and Cosmology, terbitan Routledge, New York 2008. Yang juga tak kalah pentingnya adalah sebuah karya sintesis khusus tentang kosmologi Syaikh oleh Prof. William C. Chittick dengan judul The Self Disclosure of God, Principles of Ibn Al-‘Arabī’s Cosmology, terbitan SUNY tahun 1998. Berikut ini adalah skala waktu penciptaan alam yang disarikan dari bab 7 Futūḥāt oleh M. Haj Yousef dalam buku Ibn ‘Arabī Time and Cosmology, diikuti dengan diagram-diagram susunan alam dari bab 371:
Penciptaan  Orbit Aṭlas
Penciptaan  Malaikat
Penciptaan  Jin
54.000 tahun
60.000 tahun11.000  tahun
9.000 tahun
8.000 tahun
7.000 tahun
Penciptaan  Dunia Penciptaan  Akhirat
Penciptaan  Tubuh Nabi  Muḥammad
Penciptaan  Manusia
78.000 tahun  (Jangka waktu perputaran 12 Zodiak)
 xxxi
H Y L E  U N I V E R S A L  =
M A T E R I
P R I M A
=  D E B U  =  A L - H A B Ā ’
M A Q Ā M - M A Q Ā M  M A L A I K A T
A
L
-
M
U H A Y Y A M Ū N = A L - K U R Ū B I Y Y Ū N Akal Pertama = Pena  Tertinggi Hyle  Universal = Debu Jiwa Universal = Lauh Mahfuz
Dua  Kekuatan
Panas
Dingin Basah Kering
Level-level Tabiat
T U B U H U N I V E R S A
L
=
A L - J I S M A L - K U L L
‘ARSY
KURSI
Dua Kaki
xxxii
KURSI
A r i e s         
P i s c e s     
A q u a r i u s    C a p r i c o r n
S a g i t a r i u s    S c o r p i o       
L i b r a         
V i r g o         
L e o         
C a n c e r     
G e m i n i     
T a u r u s
S u r g a ‘ A d n S u r g a F i r d a w s S u r g a N a ‘ ī m S u r g a M a ’ w ā S u r g a K h u l d
S u r g a D ā r
A s - S a l ā m
S u r g a D ā r
A l - M a q ā m a h
B a g i a n L u a r O r b i t
B i
n t a n g - b i n t a n g T e t a p
O R B I T
B I N T A N G - B I N T A N G
T
E
T
A
P
=
A L - F A L A K  A L - K A W Ā K I B
S a t u r n u s J u p i t e r M a r s M a t a h a r i V e n u s M e r k u r i u s B u l a n Manusia Paripurna PILAR
TUJUH LAPIS BUMI
Hewan
Ma- nusia
Tum- buhan Mineral
Petala langit berbentuk setengah lingkaran yang seakan disangga oleh tujuh lapis bumi hanya untuk menggambarkan adanya keterkaitan  antara langit dan lapisan bumi. Syaikh Ibn ‘Arabī ra. sadar betul bahwa bumi berbentuk bulat.
O R B I T T A K B E R B I N T A N G = F A L A K A L - A Ṭ L A S
=
O R
B
I
T
I S O T R O P I K = O R B I T Z O D I A K = F A L A K A L - B U R Ū J
 xxxiii
Di bawah ini adalah tabel lingkaran penciptaan berdasarkan urutan makhraj huruf. Tabel lingkaran ini adalah penyederhanaan dari tabel yang disusun oleh Titus Burckhardt dalam bukunya Mystical Astrology  According to Ibn ‘Arabi yang diambil dari penjelasan mengenai Nafas Ar- Raḥmān, bab 198 Futūḥāt. William C. Chittick juga merangkumnya pada pendahuluan The Self Disclosure of God.
Selanjutnya Syaikh mulai menjabarkan secara detail proses pencip- taan tubuh Nabi Ādam as. sebagai manusia pertama. Kemudian diikuti dengan penjelasan tentang tiga jenis tubuh manusia lain yang memiliki cara penciptaan yang berbeda dengan tubuh Ādam as., yakni tubuh Siti Ḥawwā’ ra., tubuh Nabi ‘Īsā as., dan tubuh anak keturunan Ādam as.
xxxiv
Bab 7 ditutup dengan uraian tentang hikmah diberikannya kualitas khusus yang hanya dimiliki manusia, yaitu “pikiran”. Allah Swt. men- ciptakan pikiran dalam diri manusia sebagai sebuah bentuk ujian yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Pada bab 8 kita akan memasuki sebuah pembahasan penuh misteri tentang seluk beluk “Bumi Hakikat”. Sebuah bumi di alam barzakh yang diciptakan dari sisa fermentasi adonan tanah bahan penciptaan tubuh Nabi Ādam as. Sebuah wilayah yang hanya bisa dijangkau oleh Para ‘Ārif  dan ahli ma‘rifah dengan cara melepaskan ruh dari jasad. Henry Corbin menulis sebuah buku khusus tentang masalah ini, Spiritual Body and Celestial Earth, terjemahan Nancy Pearson dari bahasa Perancis terbitan Princeton University tahun 1977. Ia menyebutkan siapa saja tokoh yang pernah membahas topik semisal, dari Syihāb Ad-Dīn Yaḥyā Suhrawardī (w. 587/1191), Dāwud Qayṣarī (w. 751/1350), ‘Abd Al-Karīm Al-Jīlī (w. 805/1403), hingga Syaikh Abū Al-Qāsim Khān Ibrāhīmī (w. 1341/1896). Untuk referensi bahasa Arab bisa dilihat pada al-Mu‘jam Aṣ-Ṣūfī karya Su‘ād Al-Ḥakīm terbitan Dandarah 1981 hal. 69, atau Syarḥ Musykilāt al- Futūḥāt al-Makkiyyah milik Syaikh ‘Abd Al-Karīm Al-Jīlī ra. terbitan Dār Al-Amīn 1999 hal. 191.
Gambaran Umum Juz 12 Juz 12 dimulai dengan bab 9 mengenai ma‘rifah tentang wujud ruh- ruh mārijiyyah yang berasal dari api, yakni jin. Fakta-fakta yang dijabar- kan tentang jin di sini antara lain: unsur-unsur penciptaan dan konfi- gurasinya serta perbedaannya dengan unsur dan konfigurasi manusia, proses reproduksinya, makanannya, proses penjelmaannya ke dalam bentuk indrawi, setan pertama dari bangsa jin, dan banyak fakta lain yang belum banyak disinggung dalam kitab-kitab lain. Bab 10 berbicara tentang peredaran masa Alam Mulk. Syaikh Ibn ‘Arabī ra. menyebutnya dengan istilah “Daur Kerajaan” (Dawrah Al-Mulk). Pada bab ini akan digambarkan tentang kepemimpinan Rasulullah Saw. atas seluruh umat manusia atau bahkan seluruh alam semesta. Yang dimaksud dengan “Kerajaan” di sini adalah kerajaan yang dipimpin oleh Rasulullah Saw. selaku rajanya. Eksisten pertama di dalamnya adalah Pena atau Akal Pertama, dan yang pertama kali terpisah darinya adalah
 xxxv
Lauh Mahfuz atau Jiwa Universal. Spesies terakhir yang tercipta di dalam- nya adalah manusia, yakni Nabi Ādam as., dan yang pertama kali terpisah dari spesies terakhir tersebut adalah Siti Ḥawwā’ ra. Sebelum kelahiran Rasulullah Saw. sebagai raja dari kerajaan ini ke alam fisik, Allah Swt. mempersiapkan kerajaan tersebut dengan me- ngirim nabi-nabi sejak Nabi Ādam as. hingga Nabi ‘Īsā as. sebagai wakil- wakil beliau. Bab ini ditutup dengan uraian tentang tingkatan manusia yang hidup di zaman fatrah antara akhir masa kenabian Nabi ‘Īsā as. hingga diutusnya Rasulullah Saw., siapa saja di antara mereka yang selamat dan siapa yang celaka. Bab selanjutnya adalah bab 11 mengenai ma‘rifah tentang Ayah-ayah ‘Ulwī dan Ibu-ibu Suflī kita. Segala sesuatu yang bisa memberi bekasan atau efek disebut “ayah”, segala sesuatu yang menerima bekasan atau efek tersebut disebut “ibu”, proses interaksi antara keduanya disebut “pernikahan”, dan hasil yang muncul dari keduanya disebut “anak”. Pernikahan makhluk pertama terjadi antara Pena sebagai ayah dan Lauh sebagai ibu, yang melahirkan Debu dan Tabiat sebagai dua saudara lelaki dan perempuan. Proses pernikahan dari para ayah dan para ibu terus berlanjut hingga ayah dan ibu yang paling dekat dengan kita, yaitu yang melahirkan entitas kita. Bab ini banyak mengandung penjelasan tentang kosmologi dari segi urutan prioritas ayah, ibu dan anak.
Gambaran Umum Juz 13 Bab 12 yang mengawali juz 13 membahas tentang peredaran masa kepemimpinan Nabi Muḥammad Saw. Sebelum fisik beliau mewujud, kepemimpinan Rasulullah Saw. bersifat gaib dalam aturan Nama Al-Bāṭin (Maha Batin). Setelah beliau terlahir dalam tubuhnya, zaman kembali berputar ulang seperti perputaran awalnya dan kepemimpinan beliau memanifestasi dalam aturan Nama Aẓ-Ẓāhir (Maha Lahir). Pada saat ke- lahiran Rasulullah Saw., tujuh petala langit menurunkan kepada beliau segala perintah yang diwahyukan Allah kepada mereka. Setiap langit memiliki perintah khusus yang harus disampaikan kepada beliau. Peredaran masa kepemimpinan Rasulullah Saw. dalam aturan Nama Aẓ-Ẓāhir berada di bawah hukum Zodiak Libra yang akan terus berlaku
xxxvi
dan menyambung dengan kehidupan di akhirat. Menurut pandangan Syaikh Ibn ‘Arabī ra., 12 zodiak adalah 12 malaikat yang ditugaskan Allah bertanggung jawab di Orbit Zodiak (Al-Falak Al-Burūj). 12 zodiak bertempat di Orbit Zodiak/Orbit Tak Berbintang dalam bentuk perkiraan, karena tak terdapat satu bintang pun pada orbit ini yang bisa dijadikan patokan untuk letak 12 zodiak tersebut. Kita hanya bisa menandai letak 12 zodiak dengan melihat pada 12 gugusan bintang yang terletak di Orbit Bintang- bintang Tetap yang ada di bawahnya. Dalam Kitab ‘Uqlah al-Mustawfiz Syaikh memerinci 12 malaikat tersebut sebagai berikut: Libra : Malaikat pertama memiliki bentuk seperti “timbangan” (mīzān). Tabiat rumahnya, yaitu bagian yang menjadi posisi- nya pada Orbit Tak Berbintang, adalah panas basah. Allah Swt. menjadikan aturannya berkuasa di Alam Penjadian (‘Ālam At-Takwīn) selama 6.000 tahun. Kemudian aturan berpindah kepada yang lain hingga berakhir kembali ke- padanya. Di tangan malaikat ini Allah menjadikan kunci penciptaan aḥwāl dan perubahan-perubahan (tagyīrāt). Scorpio : Malaikat kedua memiliki bentuk seperti “kalajengking” (‘aqrab). Tabiat rumah/posisinya adalah dingin basah. Atur- annya dijadikan berkuasa di Alam Penjadian selama 5.000 tahun setiap kali tiba masa peredarannya. Di tangannya Allah menjadikan penciptaan api. Sagitarius : Malaikat ketiga memiliki bentuk seperti “busur panah” (qaws). Tabiat rumah/posisinya panas kering. Aturannya berlaku di Alam Penjadian selama 4.000 tahun. Ia adalah malaikat mulia yang ditangannya terdapat tali-tali kekang untuk jasad-jasad yang bercahaya (nurānī) maupun yang gelap (ẓulmānī). Ditangannya dijadikan kunci penciptaan tumbuhan. Capricorn : Malaikat keempat diciptakan Allah dalam bentuk “anak kambing” (jady). Tabiat rumah/posisinya dingin kering. Ia dijadikan berkuasa di Alam Penjadian selama 3.000 tahun. Di tangannya Allah menjadikan kunci penciptaan siang dan malam.
 xxxvii
Aquarius : Malaikat kelima diciptakan dalam bentuk “timba/tempat air” (dalw). Tabiatnya panas basah. Kekuasaannya berlaku selama 2.000 tahun. Di tangannya dijadikan kunci pencip- taan ruh-ruh. Pisces : Malaikat keenam diciptakan dalam bentuk “ikan” (ḥūt). Ta- biatnya dingin basah. Masa beredarnya selama 1.000 tahun. Di tangannya dijadikan kunci penciptaan hewan-hewan. Aries : Malaikat ketujuh diciptakan dalam bentuk “domba/biri- biri” (kabsy). Tabiatnya panas kering. Beredar selama 12.000 tahun. Di tangannya dijadikan kunci penciptaan aksiden- aksiden dan sifat-sifat. Taurus : Malaikat kedelapan diciptakan dalam bentuk “lembu jantan/ banteng” (ṡawr). Tabiatnya dingin kering. Beredar selama 11.000 tahun. Di tangannya terdapat kunci penciptaan surga dan neraka. Gemini : Malaikat kesembilan diciptakan dalam bentuk “dua anak kembar” (taw’amayn). Tabiatnya panas dingin. Ia beredar se- lama 10.000 tahun. Di tangannya terdapat kunci penciptaan mineral-mineral. Cancer : Malaikat kesepuluh diciptakan dalam bentuk “kepiting” (saraṭān). Tabiatnya dingin basah. Beredar selama 9.000 tahun. Di tangannya terdapat kunci penciptaan dunia. Leo : Malaikat kesebelas diciptakan dalam bentuk “singa” (asad). Tabiatnya panas kering. Lama peredarannya 8.000 tahun. Di tangannya terletak kunci penciptaan akhirat. Virgo : Malaikat keduabelas diciptakan dalam bentuk “tangkai ma- yang” (sunbulah). Tabiatnya dingin kering. Beredar selama 7.000 tahun. Ia dikhususkan untuk penciptaan tubuh jasmani manusia. Dalam bahasa Arab zodiak ini juga dinamakan “al-‘ażrā’” yang berarti “gadis perawan”. Jika dijumlahkan, seluruh masa peredaran zodiak-zodiak dari Libra  hingga Virgo berlangsung selama 78.000 tahun. Ini adalah masa perputar- an zaman yang pertama sejak awal penciptaan hingga tahun kelahiran
xxxviii
Rasulullah Saw. Kemudian pada saat beliau dilahirkan, zaman berputar kembali dari awal di zodiak Libra untuk perputaran yang kedua (lih. skala waktu penciptaan alam hal. xxii). Juz 13 berlanjut dengan bab 13 tentang pengetahuan mengenai ‘Arsy dan Para Pemikulnya. Dalam bahasa Arab, kata ‘arsy bisa diartikan sebagai kerajaan atau bisa juga berarti singgasana. Jika dilihat dari makna sebagai kerajaan, maka Para Pemikulnya adalah mereka yang menjaga agar kerajaan tersebut tetap berdiri. Adapun dari segi ‘Arsy sebagai singgasana, maka Para Pemikulnya adalah tiang-tiang yang di atasnya ‘Arsy berdiri atau mereka yang memikulnya di atas pundak-pundak me- reka. Penjelasan pada bab ini lebih terfokus pada definisi ‘Arsy sebagai kerajaan. Juz ini ditutup dengan bab 14 yang membahas tentang “nabi-nabi di kalangan para wali”. Yang dimaksud nabi di sini bukan seorang nabi yang membawa syari‘at baru, tetapi lebih seperti para nabi Bani Isrā’īl yang menjaga dan mengamalkan syari‘at dan aḥwāl ruhani Nabi Mūsā as. di tengah-tengah mereka. Dimulai dengan penjelasan tentang definisi nabi dan rasul agar tidak ada kerancuan antara makna “nabi-nabi di kalangan para wali” dengan nabi dan rasul pembawa syari‘at, kemudian berlanjut dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali agar bisa disebut sebagai seorang “nabi di kalangan para wali”. Selain menyebutkan siapa saja para ulama di antara umat Rasulullah Saw. yang bisa disebut sebagai “nabi”, Syaikh juga menyebutkan para kutub atau pimpinan para wali pada umat nabi-nabi terdahulu. Para wali di sepanjang zaman memiliki seorang imam dan Kutub Tertinggi yang menjadi lokus manifestasi Ruh Muḥammadī, kutub tersebut bernama Mudāwī Al-Kulūm.
Gambaran Umum Juz 14 Juz 14 berisikan dua bab terakhir dari jilid 2 ini. Yang pertama adalah bab 15 yang membahas tentang Nafas-nafas (Al-Anfās) dan Kutub- kutubnya. Yang dimaksud dengan Nafas-nafas adalah aroma-aroma kedekatan Ilahi, sedangkan Kutub-kutubnya adalah Para Muḥaqqiq yang telah menahkik aroma-aroma tersebut. Bab ini mengupas lebih lanjut
 xxxix
tentang Imam Mudāwī Al-Kulūm yang disebutkan pada bab sebelumnya. Di sini akan dijabarkan ilmu-ilmu apa saja yang beliau kuasai, seperti ilmu kimia Ilahi, ilmu tentang bekasan-bekasan alam ‘ulwī, ilmu falak dan ilmu tentang keberadaan tujuh orang yang disebut sebagai Para Abdāl  (t. Badal). Ketika berbicara tentang Para Abdāl, Syaikh memerinci beberapa hal, di antaranya adalah siapa saja para nabi yang menjadi penyuplai ke- ilmuan mereka, orbit-orbit planet yang terhubung dengan mereka, hari- hari khusus bagi setiap Badal, ilmu apa saja yang mereka terima pada hari-hari tersebut, dan ayat-ayat Al-Qur’ān apa saja yang menjadi maqām  sekaligus wirid mereka. Allah Swt. menjaga melalui mereka tujuh wilayah iklim. Terdapat empat jenis wilayah iklim jika dilihat berdasarkan kedu- dukan bumi terhadap matahari: iklim tropis, iklim subtropis, iklim se- dang dan iklim dingin. Keempat iklim ini membagi wilayah bumi menjadi tujuh bagian. Untuk setiap wilayah iklim, Allah Swt. menjadikan satu orang Badal sebagai penjaganya.
*Urutan pembagian tujuh wilayah iklim dari selatan ke utara diambil dari Muqaddimah Ibn Khaldūn.
Selain itu, episode masyhur tentang pertemuan Syaikh Ibn ‘Arabī ra. dengan Ibn Rusyd ra. yang banyak dikutip dan dikisahkan ulang oleh banyak orang dapat disimak secara lengkap pada bab ini.
Iklim dingin
Iklim dingin
Iklim sedang Iklim subtropis
Iklim sedang Iklim subtropis
Iklim tropis
66½0 LU
66½0 LS
400 LU
400 LS
23½0 LS
23½0 LU
00  Katulistiwa
I
II
III
IV V
VI
VII
xl
Bab 15 ditutup dengan cerita tentang Para Kutub pengganti Imam Mudāwī Al-Kulūm di sepanjang zaman, siapa saja nama-nama mereka, berapa usia mereka, sifat-sifatnya dan ilmu apa saja yang mereka kuasai. Bab 16 selaku bab pamungkas untuk jilid 2 ini berbicara tentang manzilah-manzilah suflī, yakni perumpamaan tentang empat arah yang menjadi pintu masuk setan untuk menggoda manusia. Istilah tersebut dipakai karena setan berasal dari alam suflī. Dari keempat arah tersebut, yakni depan, belakang, kanan dan kiri, setan memiliki bentuk godaan yang berbeda-beda bagi Para ‘Ārif. Bagi mereka yang bisa mengelak darinya, Allah akan menganugerahkan ilmu-ilmu khusus sesuai dengan masing-masing arah. Seperti halnya tujuh wilayah iklim di atas, Allah Swt. juga menjadi- kan untuk empat arah tersebut empat orang yang bertugas menjaganya. Mereka dinamakan Al-Awtād (t. Watad). Setiap Watad akan menjadi pem- beri syafa‘at kelak di hari kiamat untuk setiap muslim yang dimasuki oleh setan dari keempat arah tersebut. Masing-masing Watad untuk satu arah. Penjelasan tentang kategorisasi para wali Allah secara lengkap akan dijabarkan pada bab 73. ﮋ    ﮐ   ﮑ  ﮒ  ﮓ  ﮔ  ﮕ ﮊ “Dan Allah senantiasa mengatakan kebenaran dan  Dia selalu menunjukkan jalan” (QS. 33:4).
i
 xli
AṠAR (j. ĀṠĀR). Secara literal memiliki tiga makna: (1) hasil dari sesuatu (natījah); (2) bagian dari sesuatu (juz’); (4) tanda, bekasan, jejak, pengaruh, efek, dampak, kesan dan peninggalan (‘alāmah). Menurut Syaikh Ibn ‘Arabī ra., aṡar adalah apa yang dihasilkan dari pergerakan “sesuatu yang memberi bekasan” (muaṡṡir) terhadap “sesuatu yang diberi bekasan” (muaṡṡar fīh), atau subjek aktif (fā‘il) terhadap subjek pasif (munfa‘il). FALAK (j. AFLĀK). Orbit atau sirkuit, yaitu sebuah jalur berbentuk ling- karan yang dilalui oleh benda-benda langit dalam peredarannya menge- lilingi benda langit lain. Jika dinisbahkan kepada selain benda-benda langit, orbit adalah pergerakan sesuatu dalam bentuk lingkaran, baik secara indrawi atau maknawi, dalam rangka mengelilingi segala sesuatu yang terhubung dengannya. FALAK AL-BURŪJ. Orbit Zodiak, yakni orbit pertama di alam jasmani. Allah menjadikannya sebagai tempat untuk 12 malaikat zodiak. Nama lainnya adalah: (1) Al-Falak Al-Adnā (Orbit Terendah) jika dibandingkan dengan orbit-orbit cahaya tertinggi seperti ‘Arsy dan Tubuh Universal; (2) Al-Falak Al-Aqṣā (Orbit Terjauh) jika dibandingkan dengan orbit-orbit jasmani lain seperti orbit planet-planet dan bintang-bintang; (3) Al- Falak Al-Muḥīṭ (Orbit Peliput) karena ia adalah orbit jasmani terluar dan terbesar yang meliputi orbit bintang-bintang; (4) Al-Falak Al-Aṭlas (Orbit Tak Berbintang/Isotropik) karena tidak terdapat satu pun bintang di dalamnya dan ia memiliki sifat fisik yang sama di segala arahnya.
Glosarium
xlii
MIZĀJ (KOMBINASI TABIAT). Berasal dari kata m-z-j yang berarti men- campur. Mizāj adalah kombinasi tabiat-tabiat yang mendasari susunan jasmani. Kedokteran terdahulu meyakini mizāj adalah kombinasi yang paling mendominasi dari 4 cairan tubuh, yaitu darah, empedu kuning, empedu hitam dan lendir yang mempengaruhi temperamen manusia. Syaikh memakai istilah ini secara khusus untuk menunjukkan perpaduan tabiat, seperti dingin kering, dingin basah, panas basah dan panas kering. Meskipun berasal dari kata dasar yang sama, mizāj berbeda dengan imtizāj. Imtizāj adalah percampuran zat-zat, apa pun itu, untuk menghasilkan satu zat baru, sedangkan mizāj hanya dikhususkan untuk percampuran tabiat (IV 127.18). ṬABĪ’AH (TABIAT). Berasal dari kata ṭab‘ yang berarti “cetakan”. Ṭabī‘ah adalah sebuah domain yang menerima bekasan “cetakan” dari domain- domain spiritual. Tabiat ada empat: dingin, panas, basah dan kering. Dingin dan panas bersifat aktif, sementara basah dan kering bersifat pasif karena dihasilkan dari dua tabiat pertama. Dari perpaduan keempat tabiat ini terlahir empat unsur (‘unṣur j. ‘anāṣir) atau elemen/rukun (rukn j. arkān), yaitu tanah, air, api dan udara. TANZĪH (TRANSENDENSI). Tanzīh berasal dari akar kata n-z-h, yang berarti “jauh dari, tak tersentuh oleh, dan terbebas dari”. Tanzīh adalah mengakui dan mengafirmasi bahwa sesuatu jauh atau terbebas dari sesuatu yang lain. Berkenaan dengan Allah, tanzīh adalah mengakui bahwa bahwa Zat Allah tidak dapat dinilai, diukur, ataupun diketahui oleh makhluk apa pun dan melampaui sifat apa pun yang dimiliki oleh makhluk-Nya. TASYBĪH (PENYERUPAAN). Tasybīh berakar dari sy-b-h, yang berarti serupa atau sebanding. Tasybīh adalah mengakui atau mengafirmasi bahwa sesuatu serupa dengan sesuatu yang lain. Berkenaan dengan Allah, tasybīh adalah berpendapat bahwa terdapat suatu keserupaan tertentu antara Allah dan makhluk, Allah sebagai pemilik Nama-nama telah menyusun pelbagai keterkaitan tertentu dengan benda-benda, dan bahwa keterkaitan-keterkaitan tersebut dapat diketahui dan dapat dinilai dalam suatu derajat tertentu.
JUZ 8

Bab 2 | 3
JUZ 8
PASAL KEDUA: Ma‘rifah tentang Harakat-harakat  yang melaluinya Huruf-huruf dapat Terbedakan.  Mereka Disebut Juga Huruf-huruf kecil
ِ ــاتَمَِكْال ـاَهَلْثِم ُالله َـرَهْظَ أ اَهْنِمَو ، ٌّتِس ِفْوُرُْال ُتَكَرَح Harakat huruf-huruf ada enam. Dari mereka Allah memunculkan yang serupa dengannya berupa kata-kata.
ِ ـاتَبَرْعُمْال ِفُـرْحَ ْ لِل ٌتَكَرَ ح ٌ ـضْفَخَو ٌبْصَن َّمُثَو ٌـعْفَر َ ِ ه Mereka adalah raf‘, lalu naşb dan khafď, harakat-harakat untuk huruf-huruf mu‘rabāt.
Lanjutan Bab 2
i
4 | Bab 2
AL-FUTūḤĀT AL-MAKKIYYAH
ِ ـاتَتِابَّالث ِفُـرْحَ ْ لِل ٌتَكَـرَ ح ٌـرْسَكَو ٌّـمَض َّـمُثَو ٌـحْتَف َ ِ هَو Dan mereka adalah fathah, lalu dammah dan kasrah, harakat-harakat untuk huruf-huruf śābitāt.1 ِتَكَرَح ْنَع ُنْوُكَي ٌنْوُكُس ْوَ أ ٌتْوَمَف ٌ فْذَح ِم َ لَكْال ُلْوُصُأَو Asal muasal perkataan adalah diam (tiadanya kata) yang berarti kematian, atau diam (tiadanya gerak) yang terjadi setelah pergerakan. ِ اتَـوَم ِ ف ٍـةَبْيِـرَغ ٍــاةَيَح ِ ف ْـرُظْانَف ، ِمِالَـوَعْال ُةَـالَح ِهِذٰﻫ Demikianlah keadaan alam-alam, maka renungkan dan amati tentang kehidupan asing yang ada di dalam benda-benda mati.
[Huruf-huruf yang Membentuk Kata-kata bagaikan Unsur-unsur bagi Jasmani] etahuilah! Semoga Allah Swt. menguatkan kami dan dirimu dengan Ruh dari-Nya! Telah kami syaratkan di awal bab bahwa kami akan membahas tentang harakat di dalam pasal tentang huruf ini, karena harakat juga dinamakan sebagai “huruf-huruf kecil”. Kemudian kami melihat bahwa percampuran antara alam harakat dan alam huruf tidak akan bisa diambil faedahnya kecuali setelah huruf- huruf tersebut telah tersusun dan terhimpun satu sama lain, sehingga melalui penyusunan itu terbentuklah sebuah kata di antara kata-kata. Proses penyusunan huruf-huruf ini sejalan dengan firman Allah Swt. mengenai penciptaan kita:
1. Huruf-huruf mu‘rabāt (t. mu‘rab) adalah huruf-huruf yang bisa berubah hara- katnya sesuai dengan kondisi gramatikalnya, sedangkan huruf-huruf ṡābitāt (t. ṡābit) adalah huruf-huruf tetap yang hanya memiliki satu harakat dan tidak bisa berubah.
K
i
Bab 2 | 5
JUZ 8 ﮋ ﯬ  ﯭ  ﯮ  ﯯ  ﯰ   ﯱ ﮊ “Maka ketika Aku telah menyelesaikan penciptaannya dan telah Kuhem- buskan ke dalam dirinya sebagian dari Ruh-Ku…” (QS. 15:29). [Dihembuskannya Ruh ke dalam diri manusia itu] bagaikan disematkan- nya harakat pada huruf-huruf setelah mereka selesai ditulis. Setelah pe- nyematan harakat itu maka berdirilah sebuah konfigurasi (nasy’ah) lain yang dinamakan dengan “kata” (kalimah), sama seperti seorang individu dari jenis kita yang dinamakan dengan “insan”. Demikianlah bagaimana alam kata-kata dan lafal-lafal terbentuk di alam huruf. Bagi para kata, huruf adalah unsur-unsur. Seperti halnya air, tanah, api dan udara yang membentuk konfigurasi tubuh-tubuh kita. Setelah itu Allah Swt. menghembuskan “Ruh yang bersifat perintah” (Ar-Rūḥ Al- Amrī) hingga terciptalah manusia. Sama seperti jin yang tercipta dari ruh yang dihembuskan kepada angin-angin yang telah memiliki kesiapan, atau malaikat dari ruh yang dihembuskan kepada cahaya-cahaya yang juga telah memiliki kesiapan.
[Jenis-jenis Kata yang Memiliki Kesamaan  dengan Manusia, Jin dan Malaikat] Sebagian besar dari kata-kata [di alam huruf] memiliki kesamaan dengan manusia, sementara sebagian kecil yang lain memiliki kesamaan dengan malaikat dan jin—kedua makhluk ini juga bisa disebut sebagai jin2—seperti huruf bā’ yang dikasrah ( ِب = dengan), lām yang dikasrah  ( ِل = untuk) dan lām untuk penegasan (tawkīd); wāw, bā’ dan tā’ huruf sumpah (qasam); wāw dan fā’ huruf penghubung (‘aṭaf); qāf dari kata ِ  ق (peliharalah!), syīn dari kata ِ ش (hiasilah!), dan ‘ayn dari kata ِع (perhati- kan!) ketika kata-kata tersebut dipakai dalam bentuk perintah untuk wiqāyah (pemeliharaan), wasyy (perhiasan) dan wa‘y (perhatian).
2. Nama “jin” berasal dari kata j-n-n yang berarti menutupi dan menyembunyi- kan. Karena jin dan malaikat tersembunyi dari pandangan manusia, maka keduanya bisa digolongkan sebagai “jin”, begitu juga dengan sisi batin manusia. Ibn Manẓūr mengatakan tentang QS. 37:158: “Dan mereka menjadikan hubungan nasab antara Allah dan al-jinnah,” sebagian kelompok dari orang Arab mengatakan kata al-jinnah pada ayat ini berarti malaikat.



LIHAT FILE PDF LEBIH MUDAH DI BACA
KITAB ASLI AL FUTUHAT AL MAKKIYAH
TERJEMAHAN JILID 1
TERJEMAHAN JILID 2