Risalah tentang Ma‘rifah Rahasia-rahasia Sang Raja dan Kerajaan-Nya
Alih bahasa oleh: Harun Nur Rosyid
Asy-Syaikh Al-Akbar Muḥyiddīn Ibn Al-‘Arabī Jilid 2

AL-FUTŪḤĀT AL-MAKKIYYAH Jilid 2 Risalah tentang Ma‘rifah Rahasia-rahasia Sang Raja dan Kerajaan-Nya
Diterjemahkan dari Al-Futūḥāt Al-Makkiyyah karya Muḥyiddīn Ibn Al-‘Arabī (Mesir: Dār al-Kutub al-’Arabiyyah al-Kubrā t.t.)
Penerjemah: Harun Nur Rosyid Desainer sampul dan tata letak: Tim grafis Darul Futuhat
Diterbitkan oleh:
Darul Futuhat Karangmojo, Rt.01 Rw 01 Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. E-mail : penerbitdarulfutuhat@gmail.com Kontak: 0822-3376-8630
xlii + 408 hal; 16 x 24 cm Cetakan I, Syawal 1438 H/Juli 2017 M ISBN: 978-602-7398-84-9
Untuk setiap jasad, jiwa dan ruh para penapak jalan spiritual
ﮋ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿ ﮊ
Œ
“ Wahai Rabbku, berikanlah ampunan dan berikanlah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi Rahmat yang terbaik“ (QS. Al-Mu’minun 23:118)
vii
Juz 8
Lanjutan Bab 2 Pasal Kedua: Ma‘rifah tentang Harakat- harakat yang melaluinya Huruf-huruf dapat Terbedakan. Mereka Disebut Juga Huruf-huruf kecil | 3 - Huruf-huruf yang Membentuk Kata-kata bagaikan Unsur-unsur bagi Jasmani | 3 - Jenis-jenis Kata yang Memiliki Kesamaan dengan Manusia, Jin dan Malaikat | 5 - Sebuah Perkara yang Halus dan Isyarat: Pembatasan Kalam pada Zat, Perkara Baharu dan Pengikat bagaikan Pembatasan Eksistensi pada Zat Pelaku, Zat Penerima dan Perbuatan yang Suci | 8 - Jawāmi‘ Al-Kalim di Alam Huruf | 10 - Teori Az-Zajjājī ra. tentang Maṣdar | 12 - Harakat Jasmani dan Harakat Ruhani | 13 - Hakikat-hakikat Awal dan Penghadapan Wajah-wajah ‘Ulwī Mereka | 15 - Stabilitas dan Instabilitas di Alam Huruf | 16 - Perbedaan Definisi Sifat Rabbani dalam Diri Hamba dan Rabb | 17 - Lafal yang Menunjukkan pada Makna dan Makna yang Menunjukkan pada Lafal | 19
Pedoman Transliterasi | xix Pengantar Penerjemah | xxi Pendahuluan | xxiii Glosarium | xli
Daftar Isi
viii
- Ungkapan-ungkapan dalam Al-Qur’ān dan Hadits yang Menggambarkan Keserupaan dan Penjasadan | 21 - Pembagian Lafal-lafal menurut Orang Arab | 22 - Para Muḥaqqiq dan Instrumen-instrumen Bahasa | 23 - Tingkatan-tingkatan Para Ulama dalam Memaknai Tanzīh: Para Ahli Tanzīh dari Kelompok Ẓāhiriyyah | 25 - Para Ahli Tanzīh dari Kelompok Pengamat Rasional | 26 - Para Ahli Tanzīh dari Kalangan Keluarga Allah | 27 - Wujud Al-Ḥaqq Swt. dan Wujud Alam Semesta | 30 - SUBJEK: Penyematan Kata “Invensi” kepada Al-Ḥaqq Swt. | 32 Lanjutan Bab 2 Pasal Ketiga: Tentang Ilmu, Pemilik Ilmu dan Objek Ilmu | 37 - Qalbu dan Kehadirah Ilahi | 38 - Gambaran tentang Hakikat Ilmu | 40 - KOMPLEMEN: Ma‘rifah tentang Allah melalui Alam Semesta | 41 - Orbit-orbit adalah Tabiat Kelima | 41 - Tidak Terdapat Munasabah Sedikit pun antara Zat Al-Ḥaqq dengan Alam Semesta | 42 Bab 3: Tentang Transendensi (Tanzīh) Al-Ḥaqq dari Ungkapan-ungkapan yang Ditujukan kepada-Nya dalam Kitab-Nya atau melalui Lisan Rasul-Nya Saw. yang Mengandung Keserupaan dan Penjasadan | 45 - Seluruh Objek Ilmu Terkandung di dalam Akal Pertama | 46 - … Kecuali Alam Keterpesonaan | 47 - … Kecuali Ilmu tentang Pemurnian Tauhid | 47 - Ketidakmampuan Akal untuk Mengetahui Allah Swt. | 48
Lanjutan Bab 3 | 53 - Kata-kata Dasar Interogatif | 53 - Ilmu tentang Allah adalah Ilmu melalui Negasi | 54 - PASAL: Sesuatu yang Bisa Dipahami melalui Zatnya, Sesuatu yang Bisa Dipahami melalui Perbuatannya, dan Sesuatu yang Tidak Bisa Dipahami Sama Sekali | 54
9 Juz
ix
- Beragam Kategori Objek-objek Perbuatan | 55 - PASAL: Lima Kekuatan Manusia dan Objek-objek Pemahaman Hakikinya | 57 - Benda-benda Tabiati Hanya Bisa Mengonsumsi Sesuatu yang Serupa dengannya | 60 - Tanzīh dan Penafian akan Keserupaan dan Tasybīh | 61 - Penyerupaan dan Penjasadan dalam Lafal-lafal Sunah: Dua Jari Allah Swt. | 63 - Hembusan Ruh ke dalam Hati: Makna Dua Jari Allah Swt. dari Sisi Batin | 66 - Genggaman dan Tangan Kanan | 67 - Hembusan Ruh ke dalam Hati: Tangan Kanan dan Kiri dari Sisi Batin | 69 - Takjub, Tertawa, Gembira dan Marah | 70 - Bersikap Ramah dan Menyambut dengan Senang | 71 - Lupa | 72 - Nafas | 72 - Bentuk | 73 - Lengan atau Hasta | 75 - Kaki | 76 - Bersemayam | 76 - Hembusan Ruh Al-Qudus ke dalam Hati nan Suci: Makna-makna Perlambang untuk Lafal-lafal Tasybīh melalui Lisan Syari‘at | 77 Bab 4: Tentang Sebab Permulaan Alam Semesta dan Level-level Nama-nama Terindah yang Ada di Seluruh Alam | 81 - Keistimewaan Tempat-tempat Tertentu Berpengaruh pada Apa yang Dirasakan oleh Qalbu | 82 - Nama-nama Ilahi dan Hakikat-hakikat Wujudiah | 86 - Induk-induk Nama-nama Ilahi | 88 - Imam-imam Nama-nama Ilahi | 90 - Nama-nama Awal Alam Semesta | 91 - Nama-nama Ilahi adalah Satu dari segi Zat, namun Beragam dari segi Keterkaitan-keterkaitan | 92 - Nama Allāh sebagai Nama yang Paling Agung | 94
x
Bab 5: Tentang Ma‘rifah Rahasia-rahasia Basmalah dan Surah Al-Fātiḥah dari Salah Satu Sudut Pandangnya, bukan dari Semua Sudut Pandang | 95 - Fatihahnya Surah Al-Fātiḥah | 97 - Perlambang Huruf Bā’ Kalimat Bismi | 98 - Perbedaan antara Huruf Bā’ dan Alif Kalimat Bismi | 99 - Perlambang Huruf Alif Kalimat Bismi | 100 - Aktivitas Bā’ terhadap Mīm | 101 - Kemunculan Alif | 102 - Kelipatan Tiga pada Kalimat Bismi | 103 - Perlambang Huruf Sīn | 104 - Tanwin Milik Hamba yang Dihilangkan dalam Kalimat Basmalah | 105
Lanjutan Bab 5: Lanjutan Pembahasan tentang Rahasia-rahasia Basmalah | 109 - PASAL: Firman Allah: “Allāh” dari Kalimat “Bismillāh” | 109 - Keterkaitan Hamba dengan Alif kata “Allāh” atau Maqām Al-Umanā’ Para Pewaris yang Tulus dan Benar | 110 - Kembali ke Pembahasan Awal: Lanjutan Penjelasan tentang Rahasia Basmalah | 114 - Membuka yang Terkunci dan Rincian Penjelasan Global: Rahasia-rahasia Nama Allāh | 115 - KOMPLEMEN: Lima Huruf Munqaṭi‘ dan Hakikat-hakikat Universal | 116 - Dua Lām dan Penciptaan Tiga Alam | 117 - ISYARAT: Lām Jalāliyyah dan Alif Waḥdāniyyah | 119 - PELENGKAP: Beragam Harakat, Huruf dan Makhraj yang Ada pada Nama Allāh | 121 - PASAL: Firman Allah Swt. “Ar-Raḥmān” dalam Lafal Basmalah | 123 - Ar-Raḥmān sebagai Badal dan Deskripsi atau Maqām Perpaduan dan Diferensiasi | 126 - Maqām Perpaduan dan Diferensiasi dalam Huruf Nūn | 127 - KOMPLEMEN: Terpisahnya Mīm dan Nūn oleh Alif | 129
10 Juz
xi
- Sebuah Pertanyaan dan Jawaban: Tersembunyinya Rahasia Kekadiman dalam Mīm Alam Malakūt | 132 - KOMPLEMEN: Tersambungnya Huruf Lām dan Rā’ dalam Pengucapan Nama Ar-Raḥmān | 133 - Ar-Raḥmān dalam Bentuk Nakirah dan Ma‘rifah | 133 - SUPLEMEN: Tersembunyinya Alif dan Lām dalam Pengucapan Lafal Basmalah | 135 - PENUTUP: Perbedaan Nama Allāh dan Ar-Raḥmān | 136 - PASAL: Firman Allah Swt. “Ar-Raḥīm” dalam Kalimat Basmalah | 137 - CATATAN: Para Pemikul ‘Arsy pada Kalimat Basmalah | 139 - CATATAN: Mīm Kata “Bismi” dan Mīm Kata “Ar-Raḥīm” | 139 - PENGINGAT: Hari-hari Rabb dan Kalimat Basmalah | 140 - KUNCI PEMBUKA: Alif Zat dan Alif Ilmu dalam Nama Allāh dan Ar-Raḥmān | 141 - PENJELASAN: Huruf-huruf Nama Ar-Raḥīm dan Petunjuk-petunjuk Gaibnya | 142 - Titik-titik yang Ada pada Kalimat Basmalah dan Petunjuk-petunjuk Gaibnya | 144 - Sebuah Makna Lembut (Laṭīfah): Dua Titik Ar-Raḥīm dan Dua Kaki Allah Swt. | 147 - Tujuh Bintang pada Lafal Ar-Raḥīm | 148 - PASAL: Tentang Rahasia-rahasia Umm Al-Qur’ān | 149 - Nama-nama Surah Al-Fātiḥah | 149 - SEBUAH VISI: Rahasia-rahasia Kalimat Hamdalah | 155 - PENGINGAT: Rahasia-rahasia “Alḥamdulillāh” dan “Alḥamdubillāh” | 160 - PASAL: Tentang Firman Allah Swt.: “Rabbi Al-‘Ālamīn, Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm” | 161 - Al-Kalimah adalah Tempat Tersimpannya Pelbagai Rahasia dan Hikmah | 162 - Penyesalan Ruh Universal di Langit | 164 - Tuan-tuan dan Objek-objek Mereka di Alam-alam yang Berbeda-beda | 166 - PASAL: Tentang Firman Allah Swt. “Mālik Yawm Ad-Dīn” | 168 - Raja yang Ada di dalam Wujud Diri Kita | 169
xii
- PASAL: Tentang Firman Allah “Iyyāka Na‘budu wa Iyyāka Nasta‘īn” | 172 - Huruf Yā’ dari Kata “Iyyāka” adalah Perlambang Hamba Universal | 173 - PASAL: Tentang Firman Allah Swt. “Ihdinā aṣ-ṣirāt al-mustaqīm, ṣirāṭ al-lażīna an‘amta ‘alayhim gayr al-magḍūb ‘alayhim wa lā aḍ-ḍāllīn, āmīn” | 174 - Pasal-pasal Pemberi Ketenangan dan Kaidah Fundamental: Takwil sebagian Awal Surah Al-Baqarah dalam Perspektif Keindahan dengan Mata Ketersambungan | 177 - Penjabaran tentang Apa yang Kami Jelaskan secara Singkat mengenai Bab ini: Para Wali yang Tersembunyi di dalam Sifat Musuh-musuh Allah Swt. | 178 - PASAL: Tentang Surah Al-Baqarah Ayat 8 - 10 | 180 - PASAL: Tentang Rahasia-rahasia Orang Munafik Surah Al-Baqarah Ayat 11-12 | 183 - PASAL: Tentang Rahasia-rahasia Orang Munafik Surah Al-Baqarah Ayat 13 | 184 - PASAL: Tentang Rahasia-rahasia Orang Munafik Surah Al-Baqarah Ayat 14 | 185
Bab 6: Ma‘rifah tentang Permulaan Penciptaan Ruhani, Siapa Eksisten Pertama yang Ada di dalamnya, dari Apa Ia Tercipta, di dalam Apa Ia Tercipta, Berdasarkan Model Seperti Apa Ia Diciptakan, untuk Apa Ia Diciptakan dan Apa Tujuannya, serta Ma‘rifah tentang Orbit-orbit Makrokosmos dan Mikrokosmos | 191 - Penjelasan Singkat dalam Bentuk Ringkasan secara Global | 194 - PENJABARAN DAN PENJELASAN BAB: Empat Objek Ilmu Wujudi | 198 - PASAL: Awal Mula Penciptaan Alam Semesta dan Modelnya: Debu dan Hakikat Muḥammadiyyah | 201 - Tujuan Penciptaan Alam Semesta | 203 - Alam Semesta Seluruhnya Hidup dan Berbicara | 204 - Klasifikasi Manusia dari Dua Genggaman Tangan Allah Swt. | 205
11 Juz
xiii
- Alam-alam ‘Ulwī dan Suflī serta Perbandingannya dengan Manusia | 207
Bab 7: Ma‘rifah tentang Permulaan Penciptaan Jasmani Manusia, dan Ia adalah Jenis Terakhir dari Eksisten Makrokosmos dan Spesies Terakhir dari Makhluk-makhluk yang Dilahirkan | 211 - Usia Alam Tabiati | 212 - Pergerakan Alamiah dan Pergerakan Paksaan Orbit-orbit | 213 - Penciptaan Pena dan Lauh | 214 - Penciptaan Debu (Al-Habā’) | 215 - Empat Level yang Berada di antara Ruh dan Debu | 215 - Penciptaan Makhluk-makhluk yang Dilahirkan (Al-Muwalladāt) | 216 - Orbit Terendah dan 12 Zodiak | 217 - Empat Tabiat dan Empat Unsur | 217 - Orbit Tak Berbintang (Al-Falak Al-Aṭlas) | 219 - Penciptaan Dunia | 220 - Penciptaan Akhirat | 220 - Tujuan Kedua Penciptaan Alam Semesta | 221 - Pergerakan Langit dan Pergerakan Bumi | 221 - Penciptaan Bumi dan Penentuan Makanan-makanannya | 222 - Penciptaan Manusia | 223 - Tubuh-tubuh Manusia dan Beragam Jenisnya | 227 - Tubuh Nabi Ādam as. dan Tubuh Siti Ḥawwā’ ra. | 228 - Rasa Cinta Ādam as. dan Rasa Cinta Ḥawwā’ ra. | 228 - Proses Penciptaan Tubuh Anak-anak Ādam as. | 229 - Penciptaan Tubuh Nabi ‘Īsā as. | 230 - Manusia di Bumi Setara dengan Akal Pertama di Langit | 232 - Ujian yang Diberikan kepada Manusia berupa Pikiran | 233
Bab 8: Ma‘rifah tentang Bumi yang Tercipta dari Sisa Fermentasi Adonan Tanah Nabi Ādam as. Ia Dinamakan “Bumi Hakikat”, serta Cerita tentang Sebagian Keanehan dan Keajaiban yang Ada di dalamnya | 237
xiv
- Pohon Kurma adalah Saudari Nabi Ādam as. | 238 - Majelis Rahmat di Bumi Hakikat | 240 - Gambaran Bagaimana Cara Masuk ke Bumi Hakikat | 241 - Hikayat Syaikh Awḥad Ad-Dīn Al-Kirmānī ra. dan Guru Beliau | 242 - Tanah dan Buah-buahan di Bumi Hakikat | 243 - Wanita di Bumi Hakikat serta Lautan dan Kendaraannya | 245 - Keajaiban-keajaiban Bumi Hakikat | 247 - Kota-kota yang Ada di Bumi Hakikat | 249 - Raja-raja di Bumi Hakikat | 250 - Tata Kelola Kerajaan di Bumi Hakikat | 252 - Segala Sesuatu yang Mustahil di Dunia Bisa Terjadi di Bumi Hakikat | 253
Bab 9: Ma‘rifah tentang Wujud Ruh-ruh Mārijiyyah yang Berasal dari Api | 259 - Penciptaan Jin, Malaikat dan Manusia | 260 - Kohesi Maknawi antara Langit dan Bumi | 261 - Empat Anasir dan Proses Penjadian Jin dan Manusia | 262 - Hal Ihwal Jin pada Saat Dibacakan Surah Ar-Raḥmān | 263 - Bentuk Asli Makhluk Ruhani | 264 - Proses Reproduksi Jin | 264 - Jarak Waktu antara Penciptaan Jin dan Manusia | 264 - Jin adalah Barzakh antara Malaikat dan Manusia | 265 - Makanan Bangsa Jin dan Pernikahan Mereka | 266 - Kabilah-kabilah dan Suku-suku Bangsa Jin | 266 - Proses Penjelmaan Makhluk Alam Ruhani | 267 - Proses Penciptaan Alam Jin | 269 - Perbedaan Konfigurasi Manusia dan Jin | 270 - Setan Pertama dari Bangsa Jin dan Jin Qarīn Rasulullah Saw. | 272 - Iblis adalah Jin Pertama yang Celaka | 273 - Bentuk Azab Bangsa Jin di Neraka | 273
12 Juz
xv
Bab 10: Ma‘rifah tentang Daur Kerajaan (Dawrah Al-Mulk) | 275 - Para Nabi adalah Wakil-wakil Nabi Muḥammad Saw. | 276 - Sisi Ruhani Nabi Muḥammad Saw. Ada pada Setiap Nabi dan Rasul | 278 - Syari‘at Nabi Muḥammad Saw. Menghapus Semua Syari‘at Terdahulu | 278 - Kepemimpinan Nabi Muḥammad Saw. atas Seluruh Keturunan Ādam as. | 279 - Luasnya Cakupan Sebuah Lafal | 281 - Daur Kerajaan | 283 - Permisalan ‘Īsā as. di sisi Allah Swt. seperti Ādam as. | 284 - Terpisahnya Tubuh Siti Ḥawwā’ ra. dari Nabi Ādam as. | 285 - Lambang Proses Pernikahan dalam Kata “Kun!” | 286 - Yang Terpisah Pertama Kali dan Terakhir Kali di dalam Daur Kerajaan | 287 - Seorang Sultan adalah Bayang-bayang Allah di Bumi | 290 - PASAL: Level-level Ahl Al-Fatrah | 290 - Para Ahl Al-Fatrah yang Selamat | 291 - Para Ahl Al-Fatrah yang Celaka | 293
Bab 11: Ma‘rifah tentang Ayah-ayah ‘Ulwī dan Ibu-ibu Suflī Kita | 295 - Ayah, Ibu dan Anak | 297 - Empat Istri dan Empat Elemen | 298 - Teori tentang Asal Kelima | 299 - Ayah, Ibu dan Pernikahan Pertama | 300 - Akal Universal dan Jiwa Universal | 301 - Pernikahan Maknawi antara Pena dan Lauh | 302 - Tabiat Universal dan Debu | 304 - Teori tentang Titik Pusat dan Haluan Akhir Elemen-elemen | 305 - Perputaran Orbit-orbit ‘Ulwī | 306 - Zamān dan Urusan-urusan Ilahi | 309 - Piramida Mesir Dibangun Ketika Bintang Altair berada di Zodiak Leo | 310
xvi
- Perintah Ilahi yang Diturunkan dari Langit ke Bumi | 311 - Pernikahan Bintang-bintang dengan Empat Elemen dan Pernikahan Penghuni Surga | 312 - Rasa Syukur kepada Allah dan Kedua Orang Tua dari Maqām Universal | 314 - Salam yang Paling Menyeluruh untuk Seluruh Makhluk di Alam Semesta | 315 - Ayah-ayah dan Ibu-ibu Tabiati | 317
Bab 12: Ma‘rifah tentang Perputaran Orbit Tuan Kita Nabi Muḥammad Saw., yakni Daur Kepemimpinan (Dawrah As-Siyādah), dan Zamān [di Masa Beliau] Berputar Kembali seperti Bentuk Perputarannya pada Hari Allah Swt. Menciptakannya | 323 - Eksistensi Ruh Nabi Muḥammad Saw. di Alam Gaib | 324 - Perputaran Zamān | 325 - Nabi-nabi Haram dan Bulan-bulan Haram | 326 - Kelahiran Rasulullah Saw. di Masa Peredaran Zodiak Libra | 326 - Kepemimpinan Rasulullah Saw. dalam Hal Ilmu dan Hukum Syari‘at | 327 - Keistimewaan Nabi Muḥammad Saw. dari Wahyu Perintah Tujuh Petala Langit | 329 - Mīzān dan Zamān | 336 - Perputaran Zaman yang Pertama Berakhir pada Permulaan Zodiak Libra | 338 - Seluruh Alam Semesta Hidup, Mengetahui dan Berbicara | 340
Bab 13: Ma‘rifah tentang Pemikul ‘Arsy (Ḥamalah Al-‘Arsy) | 343 - Definisi ‘Arsy dalam Bahasa Arab | 344 - ‘Arsy Terdiri dari Jasmani, Ruh, Makanan dan Level | 345 - Jasmani-jasmani Nurani dan Para Malaikat Al-Muhayyamūn | 346 - Akal Pertama adalah Kutub Alam Tulisan dan Goresan | 347
13 Juz
xvii
- ‘Arsy dan Malaikat-malaikat yang Menghuninya | 348 - Kursi dan Malaikat-malaikat yang Menghuninya | 349 - Ruh-ruh dan Bentuk-bentuk Nurani, Imajinal dan Unsuri | 350 - Makanan Para Ruh dan Bentuk | 351 - Level-level Alam Semesta dalam Hal Kebahagiaan dan Kesengsaraan | 351 - Para Pemikul ‘Arsy di Dunia dan Akhirat | 352 - ‘Arsy Sebagai Singgasana | 353
Bab 14: Ma‘rifah tentang Rahasia-rahasia Para Nabi, yakni Nabi-nabi di Kalangan Para Wali | 355 - Definisi Nabi dan Rasul | 356 - Nabi-nabi di Kalangan Para Wali | 357 - Penjaga Hukum Kenabian dan Penjaga Ḥāl Kenabian | 360 - Para Kutub Umat-umat Terdahulu | 362 - Ruh Muḥammadī dan Lokus-lokus Manifestasinya di Alam Semesta | 362
Bab 15: Ma‘rifah tentang Nafas-nafas (Al-Anfās) dan Kutub-kutubnya, yaitu Para Muḥaqqiq tentangnya serta Rahasia-rahasia Mereka | 367 - Kutub Pertama: Mudāwī Al-Kulūm | 368 - Mudāwī Al-Kulūm dan Ilmu Kimia | 369 - Empat Kombinasi Cairan dalam Konfigurasi Tubuh Manusia | 370 - Mudāwī Al-Kulūm dan Bekasan-bekasan Alam ‘Ulwī | 372 - Imam Mudāwī Al-Kulūm dan Murid-muridnya | 373 - Pertemuah Syaikh Ibn ‘Arabī ra. dengan Ibn Rusyd ra. di Kordoba | 375 - Mudāwī Al-Kulūm dan Ilmu Falak | 377 - Level-level Para Abdāl | 379 - Maqām-maqām Tujuh Abdāl dan Wirid-wiridnya | 384 - Para Khalifah Pengganti Kutub Mudāwī Al-Kulūm | 387
14 Juz
xviii
Bab 16: Ma‘rifah tentang Manzilah-manzilah Suflī dan Ilmu-ilmu Kosmis serta Prinsip Dasar Ma‘rifah kepada Allah yang Berasal darinya Ma‘rifah tentang Para Awtād dan Abdāl serta Ruh-ruh ‘Ulwī yang Menyertai Mereka dan Susunan Orbit-orbitnya | 391 - Empat Jalan Masuk Setan dari Empat Arah Manusia | 392 - Tongkat Nabi Mūsā as. dan Tali-tali Para Penyihir | 396 - Keraguan pada Indrawi dan Kekeliruan Kaum Sofis | 398 - Susunan “Kota” Tubuh Manusia | 399 - PASAL: Ma‘rifah tentang Al-Ḥaqq dari Manzilah-manzilah Suflī | 402 - PASAL: Tentang Level-level Para Awtād dan Manzilah-manzilahnya | 403
xix
ء
=
’ ب
=
b ت
=
t ث
=
ṡ ج
=
j ح
=
ḥ خ
=
kh
د = d ذ
=
ż ر = r ز = z س = s ش = sy ص
=
ṣ
ك
= k ل
= l م = m ن = n ﻫ = h و = w ي = y
ا
panjang
=
ā
و
panjang
=
ū
ي
panjang
=
ī
ض
=
ḍ ط
=
ṭ ظ
=
ẓ ع = ‘ غ = g ف = f ق = q
Pedoman Transliterasi
xx
xxi
Pengantar Penerjemah
P
“Aku merasakan seperti ada sehelai rambut tumbuh dari dalam dadaku terus hingga ke tenggorokan dan mulutku. Ternyata itu adalah seekor hewan dengan kepala, lidah, mata dan mulut. Kemudian ia menyebar hingga kepalanya mencapai kedua ufuk timur dan barat, lalu ia menyusut kembali ke dadaku. Dari situ tahulah aku bahwa perkataanku kelak akan menyebar hingga ke penjuru timur dan barat.” – Dīwān al-Ma‘ārif – Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
ada akhir kitab al-Futūḥāt al-Makkiyyah,
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
mewakafkan
kitab
ini
kepada
putra
sulung
beliau,
Muḥammad
Al-Kabīr,
putra
dari
istrinya
Fāṭimah
binti
Yūnus
bin
Yūsuf
Amīr
Al- Ḥaramayn,
lalu
kepada
anak
keturunan
setelahnya
serta
seluruh
umat
muslim,
baik
di
barat
maupun
di
timur,
di
darat
ataupun
di
laut.
Dari
tangan putra beliau itu kitab ini terus mengembara ke ufuk timur dan barat hingga berabad-abad kemudian demi mewujudkan visi yang dilihat sang
Syaikh
di
atas.
Menembus
relung-relung
hati
para
pembacanya,
membukakan
bagi
mereka
pintu-pintu
yang
terkunci,
mempersiapkan
qalbu
untuk
menerima
hembusan
nafas-nafas
aroma
kedekatan
Ilahi.
xxii
Mengambil mutiara-mutiara keilmuan Syaikh Akbar tidak semudah mengambil
bebatuan
dari
sungai
yang
dangkal.
Kita
harus
menyelam
jauh ke dasar lautan tempat kerang-kerang menyembunyikan mutiara tersebut.
Dibutuhkan
“nafas
yang
panjang”
dan
tekad
yang
kuat
untuk
bisa
bertahan.
Untuk
itu,
penerjemah
mengharapkan
doa-doa
dari
pem- baca
sekalian
agar
menjadi
selang-selang
bantuan
udara
yang
bisa
mem- buat
“nafas”
penerjemah
menjadi
lebih
panjang.
Semoga
setiap
doa
yang
terucap
menjadi
kebaikan
yang
berlipat,
serta
menjadi
penyelamat
kelak
di
hari
akhirat. Seiring shalawat dan salam kepada tuan dan raja alam semesta, Rasulullah
Muḥammad
Saw.,
lantunan
surah
Al-Fātiḥah
juga
tertuju
ke- pada
Asy-Syaykh
Al-Akbar
Muḥyiddīn
Muḥammad
Ibn
Al-‘Arabī
ra.
Semoga beliau berdua berkenan mendampingi perjalanan kita mem- pelajari warisan kenabian dan wakaf keilmuan yang telah diserahkan kepada
kita
ini.
Dan
semoga
Allah
Swt.
sudi
membukakan
pintu-Nya,
menyingkapkan
rahasia-rahasia-Nya,
serta
melimpahkan
ilmu
dari
sisi- Nya.
Agar
hamba
mampu
mengenali
kehambaannya
dan
menyerahkan
sepenuhnya
Rububiah
hanya
kepada-Nya.
Āmīn, yā Rabb al-‘ālamīn!
Pengantar ini ditulis bertepatan dengan malam kelahiran Asy-Syaykh Al-Akbar Muḥyiddīn Muḥammad Ibn Al-‘Arabī ra. 878 tahun silam, tepat pada malam Senin 17 Ramadan 560 H.
Yogyakarta,
malam
Senin
17
Ramadan
1438
H.
xxiii
ibalah kita pada jilid kedua kitab al-Futūḥāt al-Makkiyyah.
Seperti
yang sudah kita ketahui pada pendahuluan jilid pertama, Syaikh Ibn
‘Arabī
ra.
menulis
dua
versi
dari
kitab
yang
menjadi
magnum opus beliau
ini.
Versi
pertama
penulisannya
dimulai
di
Mekkah
pada
warsa
599/1203
sejak
pertemuan
beliau
dengan
“Ruh
Sang
Pemuda”
(al-fatā).
Dari
perjumpaan
dan
dialog
tanpa
kata
dengan
Ruh
Pemuda
tersebut
kitab
agung
ini
terlahir.
Proses
penulisan
versi
pertama
berlangsung
di
tengah perjalanan tanpa henti yang beliau lalui dari negara ke negara, sambil
diselingi
penulisan
lusinan
kitab
lainnya.
Setelah
menyelesaikan
versi
pertama
pada
bulan
Safar
629/1231,
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
menulis
ulang kitab ini dengan tangan beliau sendiri sambil merevisi, menam- bah
dan
mengurangi
beberapa
bagiannya.
Proses
penulisan
versi
kedua
dimulai
pada
tahun
632/1234-35
hingga
636/1238
dalam
suasana
yang
lebih
tenang
di
kediaman
beliau
di
Damaskus. Pada
naskah
versi
kedua
beliau
membagi
kitab
ini
menjadi
37
jilid
(asfār
t.
sifr), pembagian yang tidak ada sebelumnya pada naskah versi pertama.
Setiap
jilid
berisi
7
juz
sehingga
keseluruhannya
berjumlah
259
juz.
Sama
seperti
jilid
pertama,
jilid
kedua
ini
juga
berisikan
7
juz.
Mulai
dari
lanjutan
bab
2
tentang
Rahasia
Huruf,
yakni
pasal
kedua
dan
ketiga,
kemudian
bab
3
hingga
akhir
bab
16.
Tidak
seperti
jilid
pertama
yang didominasi oleh halaman-halaman yang berisikan resume dengan kalimat-kalimat
ringkas
yang
memaksa
pembaca
hanya
duduk
sambil
Pendahuluan
T
xxiv
mendengarkan tanpa bisa benar-benar memahami setiap topiknya, pada jilid kedua ini kita akan mulai disuguhi gaya penjelasan Syaikh yang begitu
mendetail,
gamblang,
jelas
dan
“penuh
kejutan”.
Salah
satu
kelebihan
tulisan-tulisan
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
yang
mem- buat
banyak
peneliti
dari
barat
maupun
timur
“ketagihan”
untuk
terus
menerus
mengkaji
adalah
setiap
kali
kita
membaca
satu
subjek
tertentu,
kita akan menemukan satu hal baru yang akan membuat kita terkagum- kagum.
Meskipun
terkadang
kita
merasa
sudah
bisa
menebak
isi
sebuah
bab dari judulnya, tetapi pada kenyataannya penjelasan beliau pada bab tersebut
jauh
dari
apa
yang
kita
pikirkan.
Seringkali
ketika
memulai
satu
pokok
pembahasan
baru,
beliau
mengutip
satu
atau
dua
ayat
Al-Qur’ān
dan
hadits
Nabi
yang
sepertinya
tidak
relevan
dengan
apa
yang
sedang
dibicarakan.
Kemudian
beliau
mulai
menjelaskan
dengan
mengumpul- kan semua pendapat mazhab-mazhab yang ada, lalu dengan indahnya mengemukakan sebuah gagasan orisinil yang tak pernah terdengar se- belumnya.
Syaikh
menegaskan
bahwa
dalam
kitab
ini
beliau
hanya
akan
menyajikan hakikat dan realitas yang tidak pernah disinggung sebe- lumnya oleh para ulama terdahulu, atau bahkan belum mereka ketahui sama
sekali.
Dan
bisa
jadi
hanya
beliau
yang
mengetahuinya
dan
tidak
akan
diberikan
lagi
kepada
orang
lain
setelah
beliau. Kendatipun
demikian,
yang
harus
menjadi
catatan
adalah
bahwa
tasawuf
dan
sufisme
pada
taraf
tertentu
tidak
lagi
hanya
sekedar
menjadi
sarana untuk mengubah seseorang dengan karakter buruk menjadi lebih baik.
Tetapi
pada
level
lanjut,
tasawuf
lebih
kepada
mengubah
mereka
yang
sudah
baik
untuk
menjadi
“sempurna”.
Hal
inilah
yang
membuat
pembaca
karya-karya
tasawuf
tertentu
harus
sudah
memiliki
pondasi
yang
kuat
dalam
keilmuan
Islam.
Tak
terkecuali
kitab
ini.
Kitab
ini
secara
khusus
dan
ajaran
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
secara
umum
bukan
ditujukan
untuk
para
pemula
yang
baru
mengenal
Islam
atau
para
muslim
awam.
Sebagai
seorang
penulis,
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
tidak
menulis
untuk
orang
awam
atau
bahkan
para
ahli
fikih
dan
ilmu
kalam.
Beliau
hanya
mem- peruntukkan
tulisan-tulisannya
bagi
Para
‘Ārif dan ulama yang telah me- nguasai
semua
jenis
keilmuan
Islam.
Yaitu
mereka
yang
telah
memahami
seluk
beluk
Al-Qur’ān,
tafsir,
hadits,
tata
bahasa
Arab,
fikih,
ilmu
kalam,
filsafat
Islam,
dan
bahkan
tasawuf
itu
sendiri.
xxv
Dalam
rangka
meminimalisir
kendala
tersebut,
penerjemah
berusa- ha
sebisa
mungkin
memberikan
catatan
dan
referensi
penunjang
pada
setiap
topik
yang
terdengar
asing.
Sumbangsih
dari
para
ulama,
sarjana
dan peneliti dari beberapa dekade terakhir amat sangat membantu untuk menguak
tabir-tabir
dan
misteri
yang
tak
terpecahkan
bagi
sebagian
orang
selama
berabad-abad.
Pada
pendahuluan
ini,
penerjemah
akan
memberikan gambaran umum masing-masing bab yang ada pada setiap juz
jilid
ke-2.
Disertai
materi-materi
penunjang
yang
dianggap
perlu
yang diambil baik dari bagian lain kitab ini maupun dari hasil karya para peneliti yang sudah ada, dengan harapan agar bisa lebih mempermudah pemahaman
bagi
pembaca.
Gambaran Umum Juz 8 Juz
8
dimulai
dengan
lanjutan
bab
2
tentang
Rahasia-rahasia
Huruf,
yakni
pasal
kedua
mengenai
“harakat-harakat
yang
melaluinya
huruf- huruf
bisa
terbedakan”.
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
menamakan
harakat
seba- gai
“huruf-huruf
kecil”.
Seperti
yang
kita
lihat
pada
jilid
1,
penjelasan
tentang huruf berkisar pada penjabaran simbolisasi makna huruf-huruf sebagai rumus wujud alam semesta, yang menuntun kita untuk mema- hami
posisi
Allah
Swt.
sebagai
Sang
Pemberi
Taklif
(Mukallif) dan hamba sebagai
penerima
taklif
(mukallaf).
Huruf-huruf
yang
dibicarakan
oleh
Syaikh adalah huruf-huruf hijaiyah Arab, maka tak pelak lagi pasti terkait erat
dengan
ilmu-ilmu
tata
bahasa
Arab.
Makna-makna
yang
dijelaskan
pada pasal ini banyak diretas dari teori-teori nahwu dan penjabaran makna-makna
batinnya. Harakat
tidak
mungkin
bisa
mewujud
sebelum
ada
huruf-huruf
yang
tersusun
menjadi
sebuah
kata.
Huruf-huruf
yang
terangkai
menjadi
kata
tersebut bagaikan unsur-unsur air, tanah, api dan udara yang menyusun konfigurasi
tubuh
manusia,
lalu
harakat
yang
disematkan
bagaikan
ruh
yang
dihembuskan
setelah
konfigurasi
tersebut
telah
terbentuk.
Pem- bagian kalam dalam bahasa Arab menjadi ism
(kata
benda/sifat),
fi‘l
(kata
kerja) dan ḥarf
(huruf)
menjadi
perlambang
pembagian
“Kalam”
kosmos
yang
terdiri
dari
zat
pelaku,
benda
baharu
(ḥadaṡ) atau zat penerima, dan perbuatan yang menjadi sebuah keterkaitan yang mengikat antara keduanya
(rābiṭah).
xxvi
Pada
pasal
ini
Syaikh
juga
menyinggung
tentang
kata
atau
lafal
yang
tercantum
dalam
Al-Qur’ān
dan
hadits
yang
mengandung
makna
penyerupaan
(tasybīh)
dan
penjasadan
(tajsīm)
terhadap
Allah
Swt.,
seperti
dua
jari,
dua
kaki,
tangan,
marah,
tertawa,
gembira
dan
lain
sebagainya.
Beliau
mengemukakan
alasan
kenapa
Allah
memakai
lafal-lafal
tersebut
untuk
menjelaskan
tentang
Diri-Nya,
kemudian
menyebutkan
hierarki
kelompok-kelompok ulama yang menghindari makna-makna tasybīh- nya,
yaitu
mereka
yang
mengambil
aspek-aspek
transendensi
(tanzīh) Al-Ḥaqq
Swt.
dari
beragam
makna
lafal
tersebut.
Topik
ini
akan
dibahas
lebih
mendalam
pada
bab
3. Pasal
ketiga
bab
2
berbicara
tentang
definisi
ilmu,
pemilik
ilmu
dan
objek
ilmu.
Di
sini
Syaikh
menjelaskan
tentang
qalbu
sebagai
lokus
pe- nerima
ilmu,
ia
bagaikan
sebuah
cermin
yang
bisa
menerima
pantulan
penampakan
(tajallī)
dan
Kehadiran
Ilahi.
Juga
tentang
bagaimana
karak- teristiknya dan apa saja yang bisa menghalanginya untuk menerima ilmu.
Tujuan
utama
pasal
ini
agar
pembaca
bisa
memperkirakan
sejauh
mana
manusia
bisa
memiliki
ilmu
mengenai
Allah
Swt. Bagian
akhir
juz
8
adalah
awal
dari
bab
3
tentang
ketiadataraan
dan
transendensi
(tanzīh)
Al-Ḥaqq
Swt.
dari
lafal-lafal
yang
mengandung
penyerupaan
(tasybīh)
dan
penjasadan
(tajsīm).
Keterbatasan
akal
untuk
bisa
mengenal
Allah
Swt.
bisa
diruntut
hingga
penciptaan
Akal
Pertama
yang
tidak
mungkin
bisa
memahami
Zat
Allah
dengan
sendirinya
secara
independen
tanpa
pemberitahuan
dari-Nya.
Seluruh
objek
ilmu
di
alam
semesta
terkandung
di
dalam
Akal
Pertama,
kecuali
ilmu
tentang
Alam
Keterpesonaan dan pemurnian tauhid, yaitu Keilahian Allah dari segi Zat-Nya.
Gambaran Umum Juz 9 Juz
ini
dimulai
dengan
lanjutan
bab
3.
Di
sini
Syaikh
masih
menge- mukakan
argumen
tentang
mengapa
akal
tidak
mungkin
bisa
mencari
sendiri
pemahaman
tentang
Allah.
Segala
macam
kata
dasar
interogatif
seperti apakah/adakah, apa, bagaimana dan untuk apa, tidak mungkin bisa
ditanyakan
mengenai-Nya.
Pemahaman
tentang
segala
sesuatu
selain Allah terbagi menjadi dua: sesuatu yang bisa dipahami melalui zatnya dan sesuatu yang bisa dipahami melalui perbuatannya, tetapi
xxvii
Allah
Swt.
tidak
mungkin
bisa
dipahami
melalui
dua
hal
tersebut,
karena
keduanya
adalah
sifat
makhluk
dan
Allah
Maha
Tersucikan
dari
hal
itu.
Lima kekuatan yang ada pada diri manusia untuk memahami objek-objek keilmuan, yaitu indrawi, imajinasi, akal, pikiran dan memori, semuanya terhalang
untuk
bisa
memahami-Nya. Dari
argumen-argumen
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
untuk
memahami
lafal-lafal
yang
mengandung
ketidakjelasan
(mutasyābihāt) mengenai
Allah
dalam
Al-Qur’ān
dan
sunah,
kita
tidak
bisa
hanya
meng- andalkan kekuatan manusiawi saja, tetapi dibutuhkan anugerah dan pemberitahuan langsung dari Allah melalui kasyf dan ilmu ladunnī.
Pada
bab
ini
Syaikh
menyebutkan
sebagian
contoh
dari
lafal-lafal
tersebut
be- serta aspek-aspek tanzīh-nya.
Tidak
ada
satu
pun
dari
lafal-lafal
dalam
Al-Qur’ān
atau
hadits
yang
menunjukkan
adanya
penyerupaan
dan
pen- jasadan
kepada
Allah
Swt.
kecuali
pasti
orang-orang
Arab
memiliki
sudut
pandang lain dari sisi pemaknaannya yang tidak mengandung unsur penjasadan
sama
sekali.
Pada
bab
4
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
mulai
menyentuh
penjelasan
tentang
kosmologi
yang
berawal
dengan
sebab-sebab
penciptaan
alam
semesta,
yakni
Nama-nama
Ilahi
yang
menuntut
keberadaan
kosmos.
Pada
bagian
awal
bab
ini
Syaikh
Akbar
menyapa
sahabat
beliau
Syaikh
‘Abd
Al-‘Azīz
Al-Mahdawī
ra.
guna
menceritakan
kelebihan-kelebihan
kota
Mekkah
dan Baytullāh.
Beliau
menguraikan
tentang
faktor
yang
bisa
membuat
suatu tempat memiliki energi spiritual yang berbeda dengan tempat lain, sehingga seseorang bisa lebih khusyuk dan bisa menemukan qalbunya lebih
kuat
di
satu
tempat
melebihi
yang
lain.
Kemudian pembahasan berlanjut pada subjek utama, yaitu tentang Nama-nama
Ilahi
yang
menjadi
sebab
terciptanya
alam
semesta.
Uraian- nya
berkisar
pada
keterkaitan
Nama-nama
Ilahi
dengan
hakikat-hakikat
yang
ada
di
alam
semesta,
Induk-induk
dan
Imam-imam
Nama-nama
Ilahi,
serta
Nama
pertama
yang
terkait
dengan
alam.
Nama-nama
Ilahi
dalam
definisi
Syaikh
memiliki
banyak
fungsi
dan
makna
yang
berbeda- beda.
Jika
dinisbahkan
kepada
Zat
Allah,
Nama-nama
adalah
lokus-lokus
manifestasi
Wujud-Nya
dan
tempat-tempat
tajallī
Kesempurnaan-Nya.
Jika
dinisbahkan
kepada
alam,
Nama-nama
Ilahi
menjadi
sebab-sebab
penciptaannya
dan
yang
membuatnya
tetap
terjaga
dan
terus
berlanjut.
xxviii
Apabila
dinisbahkan
kepada
manusia,
Nama-nama
Ilahi
menjadi
alat
yang
bisa
menyampaikan
mereka
kepada
Penciptanya. Dalam
terminologi
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.,
Nama-nama
Ilahi
sering
disebut dengan istilah lain yang bersinonim dengannya, seperti sifat (ṣifah),
keterkaitan
(nisbah),
realitas/hakikat
(ḥaqīqah),
akar/asal
(aṣl) dan
penyangga
(mustanad).
Dalam
memahami
Nama-nama
Ilahi,
Syaikh
selalu
menekankan
bahwa
semua
Nama
pada
hakikatnya
adalah
satu
dan
terkait
pada
Zat
Yang
Satu.
Kesan
yang
membuat
mereka
terlihat
berbeda-beda hanyalah keterkaitan-keterkaitan yang dibawa oleh setiap Nama.
Di
dalam
setiap
Nama
terkandung
semua
Nama-nama
yang
lain,
karena
setiap
Nama
pasti
menunjukkan
kepada
Zat
Allah
sekaligus
sebuah
makna
yang
dikandung
dan
dituntut
olehnya.
Dari
segi
ia
menunjukkan
pada
Zat,
maka
Nama
tersebut
memiliki
seluruh
Nama
yang
lain.
Tetapi
dari
segi
makna
yang
hanya
dimiliki
oleh
Nama
itu
sendiri,
ia
menjadi
terbedakan
dari
Nama-nama
yang
lain.
Gambaran Umum Juz 10 Sepanjang
juz
10
akan
dipenuhi
oleh
bab
5,
satu
bab
panjang
me- ngenai
rahasia-rahasia
basmalah
dan
surah
Al-Fātiḥah
dari
salah
satu
aspeknya,
yaitu
aspek
sebagai
pembuka
Al-Qur’ān
dan
rumus
atau
simbol
perlambang
awal
penciptaan
kosmos.
Al-Qur’ān
adalah
“mushaf
kecil”,
sedangkan
alam
semesta
adalah
“mushaf
besar”.
Rahasia-rahasia
tentang
mushaf
besar
semuanya
pasti
terkandung
di
dalam
mushaf
kecil,
baik
dalam bentuk makna yang tertulis maupun simbol dan perlambang yang tersimpan
dalam
huruf-hurufnya.
Karenanya,
di
dalam
surah
pembuka
Al-Qur’ān
(Al-Fātiḥah)
dan
pembuka
dari
pembuka
Al-Qur’ān
(basmalah
sebagai
ayat
pembuka
surah
Al-Fātiḥah)
terdapat
kunci
rahasia
awal
penciptaan
alam
semesta. Pada
bab
ini
kita
akan
kembali
berhadapan
dengan
gaya
penjelasan
Syaikh
yang
rumit,
penuh
dengan
rumus
dan
perlambang,
serta
cende- rung
ditujukan
bukan
untuk
semua
orang.
Penjelasan
beliau
akan
sangat
mendetail hingga ke bentuk komponen-komponen huruf dan titik-titik- nya.
Untuk
bisa
memahami
dengan
seksama
apa
yang
disampaikan
Syaikh
pada bab ini, kita harus sudah memahami beberapa bab setelahnya, karena topik-topik bab-bab selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan
xxix
kosmologi,
akan
disinggung
secara
singkat
pada
bab
ini
dengan
tanpa
penjelasan
lebih
lanjut.
Disarankan
bagi
pembaca
untuk
melewati
saja
bagian-bagian yang terasa sulit, untuk kemudian mengulangnya setelah menyelesaikan
beberapa
bab
di
depannya. Bab
ini
tidak
bisa
dikatakan
mewakili
corak
hermeneutika
dan
tafsir
Syaikh
secara
umum,
karena
seperti
yang
kita
lihat
pada
judulnya,
ia
hanya menitikberatkan pada aspek basmalah sebagai simbolisasi awal penciptaan
alam
semesta.
Pada
dasarnya,
semua
kitab
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
adalah
kumpulan
tafsir
Al-Qur’ān
dan
ensiklopedi
syarah
hadits- hadits
nabawi.
Maḥmūd
Maḥmūd
Gurāb
selama
25
tahun
lebih
telah
me- ngumpulkan
hampir
semua
kitab
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
yang
masih
tersedia
dan
menyusunnya
menjadi
sebuah
tafsir
Al-Qur’ān.
Ia
menggabungkan
setiap bagian dari kitab-kitab Syaikh yang relevan dengan ayat tertentu dan
menyusunnya
menjadi
4
jilid
kitab
tafsir
dengan
judul
Raḥmah min Ar-Raḥmān fī Tafsīr wa Isyārāt al-Qur’ān min Kalām Asy-Syaikh Al-Akbar Muḥ- yiddīn Ibn Al-‘Arabī.
Gambaran Umum Juz 11 Juz
11
dimulai
dengan
bab
6
yang
berbicara
tentang
permulaan
pen- ciptaan
makhluk
ruhani.
Setelah
membahas
tentang
Nama-nama
seba- gai
sebab
terciptanya
alam
semesta
pada
bab
4
dan
rumus-rumusnya
di
alam huruf pada bab 5, pada bab ini Syaikh mulai menjabarkan proses penciptaan
alam
semesta,
siapa
eksisten
pertama
di
dalamnya,
dari
apa
ia
tercipta,
di
dalam
apa
ia
tercipta,
berdasarkan
model
seperti
apa
ia
ter- cipta
dan
untuk
apa
ia
diciptakan.
Di
dalam
eksistensi
ada
empat
objek
ilmu
yang
bisa
diketahui:
Al- Ḥaqq
Swt.,
Hakikat
Para
Hakikat,
alam
semesta
dan
manusia.
Di
sini
kita
akan
diperkenalkan
untuk
pertama
kalinya
kepada
“Hakikat
Para
Hakikat”
dan
sebuah
eksisten
ruhani
yang
bernama
“Debu”
(Al-Habā’).
Para
filosof
menyebutnya
sebagai
“Hyle
Universal”
atau
“Prime Matter”
(Materi
Utama).
Al-Habā’ adalah sebuah substansi gelap yang di dalamnya terkandung
bentuk-bentuk
jasmani
seluruh
alam
semesta
secara
potensi
dan
kompetensi.
Ia
adalah
materi
utama
alam
semesta,
seperti
seorang
tukang batu yang meletakkan sebuah batu untuk kemudian dipahat sesuai
dengan
keinginannya.
xxx
Di
bagian
akhir
bab
Syaikh
sedikit
masuk
ke
ranah
antropologi,
tentang persamaan antara alam semesta sebagai makrokosmos dan manusia
sebagai
mikrokosmos.
Di
dalam
alam
semesta
terdapat
empat
kategori
alam
yang
setiap
cabangnya
memiliki
persamaan
dengan
satu
bagian
dalam
diri
manusia.
Empat
alam
itu
adalah
Alam
Tertinggi,
Alam
Transformasi,
Alam
Hunian
dan
Alam
Keterkaitan-keterkaitan.
Bab
7
berbicara
tentang
permulaan
penciptaan
jasmani
manusia.
Tahapan-tahapan
penciptaan
alam
akan
dijelaskan
secara
periodik.
Sebe- lum
masuk
ke
pembahasan
penciptaan
jasmani
manusia,
Syaikh
men- jelaskan
secara
singkat
susunan
alam
semesta
dari
yang
tertinggi
hingga
terendah.
Nantinya
susunan
ini
akan
dijelaskan
lebih
terperinci
pada
bab
371,
disertai
diagram-diagram
gambaran
susunan
alam.
Penelitian
tentang
akurasi
teori
kosmologi
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
jika
dibandingkan
dengan penemuan ilmiah modern telah disusun dengan relatif lengkap oleh
M.
Haj
Yousef
dalam
bukunya
Ibn ‘Arabī Time and Cosmology, terbitan Routledge,
New
York
2008.
Yang
juga
tak
kalah
pentingnya
adalah
sebuah
karya
sintesis
khusus
tentang
kosmologi
Syaikh
oleh
Prof.
William
C.
Chittick
dengan
judul
The Self Disclosure of God, Principles of Ibn Al-‘Arabī’s Cosmology, terbitan
SUNY
tahun
1998. Berikut
ini
adalah
skala
waktu
penciptaan
alam
yang
disarikan
dari
bab
7
Futūḥāt
oleh
M.
Haj
Yousef
dalam
buku
Ibn ‘Arabī Time and Cosmology, diikuti
dengan
diagram-diagram
susunan
alam
dari
bab
371:
Penciptaan Orbit Aṭlas
Penciptaan Malaikat
Penciptaan Jin
54.000 tahun
60.000 tahun11.000 tahun
9.000 tahun
8.000 tahun
7.000 tahun
Penciptaan Dunia Penciptaan Akhirat
Penciptaan Tubuh Nabi Muḥammad
Penciptaan Manusia
78.000 tahun (Jangka waktu perputaran 12 Zodiak)
xxxi
H Y L E U N I V E R S A L =
M A T E R I
P R I M A
= D E B U = A L - H A B Ā ’
M A Q Ā M - M A Q Ā M M A L A I K A T
A
L
-
M
U H A Y Y A M Ū N = A L - K U R Ū B I Y Y Ū N Akal Pertama = Pena Tertinggi Hyle Universal = Debu Jiwa Universal = Lauh Mahfuz
Dua Kekuatan
Panas
Dingin Basah Kering
Level-level Tabiat
T U B U H U N I V E R S A
L
=
A L - J I S M A L - K U L L
‘ARSY
KURSI
Dua Kaki
xxxii
KURSI
A r i e s
P i s c e s
A q u a r i u s C a p r i c o r n
S a g i t a r i u s S c o r p i o
L i b r a
V i r g o
L e o
C a n c e r
G e m i n i
T a u r u s
S u r g a ‘ A d n S u r g a F i r d a w s S u r g a N a ‘ ī m S u r g a M a ’ w ā S u r g a K h u l d
S u r g a D ā r
A s - S a l ā m
S u r g a D ā r
A l - M a q ā m a h
B a g i a n L u a r O r b i t
B i
n t a n g - b i n t a n g T e t a p
O R B I T
B I N T A N G - B I N T A N G
T
E
T
A
P
=
A L - F A L A K A L - K A W Ā K I B
S a t u r n u s J u p i t e r M a r s M a t a h a r i V e n u s M e r k u r i u s B u l a n Manusia Paripurna PILAR
TUJUH LAPIS BUMI
Hewan
Ma- nusia
Tum- buhan Mineral
Petala
langit
berbentuk
setengah
lingkaran
yang
seakan disangga oleh tujuh lapis bumi hanya untuk menggambarkan adanya keterkaitan antara
langit
dan
lapisan
bumi.
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
sadar
betul
bahwa
bumi
berbentuk
bulat.
O R B I T T A K B E R B I N T A N G = F A L A K A L - A Ṭ L A S
=
O R
B
I
T
I S O T R O P I K = O R B I T Z O D I A K = F A L A K A L - B U R Ū J
xxxiii
Di
bawah
ini
adalah
tabel
lingkaran
penciptaan
berdasarkan
urutan
makhraj
huruf.
Tabel
lingkaran
ini
adalah
penyederhanaan
dari
tabel
yang
disusun
oleh
Titus
Burckhardt
dalam
bukunya
Mystical Astrology According to Ibn ‘Arabi
yang
diambil
dari
penjelasan
mengenai
Nafas
Ar- Raḥmān,
bab
198
Futūḥāt. William
C.
Chittick
juga
merangkumnya
pada
pendahuluan The Self Disclosure of God.
Selanjutnya
Syaikh
mulai
menjabarkan
secara
detail
proses
pencip- taan
tubuh
Nabi
Ādam
as.
sebagai
manusia
pertama.
Kemudian
diikuti
dengan penjelasan tentang tiga jenis tubuh manusia lain yang memiliki cara
penciptaan
yang
berbeda
dengan
tubuh
Ādam
as.,
yakni
tubuh
Siti
Ḥawwā’
ra.,
tubuh
Nabi
‘Īsā
as.,
dan
tubuh
anak
keturunan
Ādam
as.
xxxiv
Bab
7
ditutup
dengan
uraian
tentang
hikmah
diberikannya
kualitas
khusus
yang
hanya
dimiliki
manusia,
yaitu
“pikiran”.
Allah
Swt.
men- ciptakan
pikiran
dalam
diri
manusia
sebagai
sebuah
bentuk
ujian
yang
tidak
diberikan
kepada
makhluk
lain.
Pada
bab
8
kita
akan
memasuki
sebuah
pembahasan
penuh
misteri
tentang
seluk
beluk
“Bumi
Hakikat”.
Sebuah
bumi
di
alam
barzakh
yang
diciptakan
dari
sisa
fermentasi
adonan
tanah
bahan
penciptaan
tubuh
Nabi
Ādam
as.
Sebuah
wilayah
yang
hanya
bisa
dijangkau
oleh
Para
‘Ārif dan ahli ma‘rifah
dengan
cara
melepaskan
ruh
dari
jasad.
Henry
Corbin
menulis sebuah buku khusus tentang masalah ini, Spiritual Body and Celestial Earth,
terjemahan
Nancy
Pearson
dari
bahasa
Perancis
terbitan
Princeton
University
tahun
1977.
Ia
menyebutkan
siapa
saja
tokoh
yang
pernah
membahas
topik
semisal,
dari
Syihāb
Ad-Dīn
Yaḥyā
Suhrawardī
(w.
587/1191),
Dāwud
Qayṣarī
(w.
751/1350),
‘Abd
Al-Karīm
Al-Jīlī
(w.
805/1403),
hingga
Syaikh
Abū
Al-Qāsim
Khān
Ibrāhīmī
(w.
1341/1896).
Untuk
referensi
bahasa
Arab
bisa
dilihat
pada
al-Mu‘jam Aṣ-Ṣūfī karya Su‘ād
Al-Ḥakīm
terbitan
Dandarah
1981
hal.
69,
atau
Syarḥ Musykilāt al- Futūḥāt al-Makkiyyah
milik
Syaikh
‘Abd
Al-Karīm
Al-Jīlī
ra.
terbitan
Dār
Al-Amīn
1999
hal.
191.
Gambaran Umum Juz 12 Juz
12
dimulai
dengan
bab
9
mengenai
ma‘rifah tentang wujud ruh- ruh mārijiyyah yang
berasal
dari
api,
yakni
jin.
Fakta-fakta
yang
dijabar- kan
tentang
jin
di
sini
antara
lain:
unsur-unsur
penciptaan
dan
konfi- gurasinya
serta
perbedaannya
dengan
unsur
dan
konfigurasi
manusia,
proses reproduksinya, makanannya, proses penjelmaannya ke dalam bentuk indrawi, setan pertama dari bangsa jin, dan banyak fakta lain yang
belum
banyak
disinggung
dalam
kitab-kitab
lain.
Bab
10
berbicara
tentang
peredaran
masa
Alam
Mulk.
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
menyebutnya
dengan
istilah
“Daur
Kerajaan”
(Dawrah Al-Mulk).
Pada
bab
ini
akan
digambarkan
tentang
kepemimpinan
Rasulullah
Saw.
atas
seluruh
umat
manusia
atau
bahkan
seluruh
alam
semesta.
Yang
dimaksud
dengan
“Kerajaan”
di
sini
adalah
kerajaan
yang
dipimpin
oleh
Rasulullah
Saw.
selaku
rajanya.
Eksisten
pertama
di
dalamnya
adalah
Pena
atau
Akal
Pertama,
dan
yang
pertama
kali
terpisah
darinya
adalah
xxxv
Lauh
Mahfuz
atau
Jiwa
Universal.
Spesies
terakhir
yang
tercipta
di
dalam- nya
adalah
manusia,
yakni
Nabi
Ādam
as.,
dan
yang
pertama
kali
terpisah
dari
spesies
terakhir
tersebut
adalah
Siti
Ḥawwā’
ra.
Sebelum
kelahiran
Rasulullah
Saw.
sebagai
raja
dari
kerajaan
ini
ke
alam
fisik,
Allah
Swt.
mempersiapkan
kerajaan
tersebut
dengan
me- ngirim
nabi-nabi
sejak
Nabi
Ādam
as.
hingga
Nabi
‘Īsā
as.
sebagai
wakil- wakil
beliau.
Bab
ini
ditutup
dengan
uraian
tentang
tingkatan
manusia
yang
hidup
di
zaman
fatrah
antara
akhir
masa
kenabian
Nabi
‘Īsā
as.
hingga
diutusnya
Rasulullah
Saw.,
siapa
saja
di
antara
mereka
yang
selamat
dan
siapa
yang
celaka.
Bab
selanjutnya
adalah
bab
11
mengenai
ma‘rifah tentang Ayah-ayah ‘Ulwī dan Ibu-ibu Suflī
kita.
Segala
sesuatu
yang
bisa
memberi
bekasan
atau
efek
disebut
“ayah”,
segala
sesuatu
yang
menerima
bekasan
atau
efek
tersebut
disebut
“ibu”,
proses
interaksi
antara
keduanya
disebut
“pernikahan”,
dan
hasil
yang
muncul
dari
keduanya
disebut
“anak”.
Pernikahan
makhluk
pertama
terjadi
antara
Pena
sebagai
ayah
dan
Lauh
sebagai
ibu,
yang
melahirkan
Debu
dan
Tabiat
sebagai
dua
saudara
lelaki
dan
perempuan.
Proses
pernikahan
dari
para
ayah
dan
para
ibu
terus
berlanjut hingga ayah dan ibu yang paling dekat dengan kita, yaitu yang melahirkan
entitas
kita.
Bab
ini
banyak
mengandung
penjelasan
tentang
kosmologi
dari
segi
urutan
prioritas
ayah,
ibu
dan
anak.
Gambaran Umum Juz 13 Bab
12
yang
mengawali
juz
13
membahas
tentang
peredaran
masa
kepemimpinan
Nabi
Muḥammad
Saw.
Sebelum
fisik
beliau
mewujud,
kepemimpinan
Rasulullah
Saw.
bersifat
gaib
dalam
aturan
Nama
Al-Bāṭin (Maha
Batin).
Setelah
beliau
terlahir
dalam
tubuhnya,
zaman
kembali
berputar ulang seperti perputaran awalnya dan kepemimpinan beliau memanifestasi
dalam
aturan
Nama
Aẓ-Ẓāhir
(Maha
Lahir).
Pada
saat
ke- lahiran
Rasulullah
Saw.,
tujuh
petala
langit
menurunkan
kepada
beliau
segala
perintah
yang
diwahyukan
Allah
kepada
mereka.
Setiap
langit
memiliki
perintah
khusus
yang
harus
disampaikan
kepada
beliau.
Peredaran
masa
kepemimpinan
Rasulullah
Saw.
dalam
aturan
Nama
Aẓ-Ẓāhir berada di bawah hukum Zodiak Libra yang akan terus berlaku
xxxvi
dan
menyambung
dengan
kehidupan
di
akhirat.
Menurut
pandangan
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.,
12
zodiak
adalah
12
malaikat
yang
ditugaskan
Allah
bertanggung
jawab
di
Orbit
Zodiak
(Al-Falak Al-Burūj).
12
zodiak
bertempat
di
Orbit
Zodiak/Orbit
Tak
Berbintang
dalam
bentuk
perkiraan,
karena
tak terdapat satu bintang pun pada orbit ini yang bisa dijadikan patokan untuk
letak
12
zodiak
tersebut.
Kita
hanya
bisa
menandai
letak
12
zodiak
dengan
melihat
pada
12
gugusan
bintang
yang
terletak
di
Orbit
Bintang- bintang
Tetap
yang
ada
di
bawahnya.
Dalam
Kitab
‘Uqlah al-Mustawfiz Syaikh
memerinci
12
malaikat
tersebut
sebagai
berikut: Libra :
Malaikat
pertama
memiliki
bentuk
seperti
“timbangan”
(mīzān).
Tabiat
rumahnya,
yaitu
bagian
yang
menjadi
posisi- nya
pada
Orbit
Tak
Berbintang,
adalah
panas
basah.
Allah
Swt.
menjadikan
aturannya
berkuasa
di
Alam
Penjadian
(‘Ālam At-Takwīn)
selama
6.000
tahun.
Kemudian
aturan
berpindah kepada yang lain hingga berakhir kembali ke- padanya.
Di
tangan
malaikat
ini
Allah
menjadikan
kunci
penciptaan
aḥwāl
dan
perubahan-perubahan
(tagyīrāt).
Scorpio
:
Malaikat
kedua
memiliki
bentuk
seperti
“kalajengking”
(‘aqrab).
Tabiat
rumah/posisinya
adalah
dingin
basah.
Atur- annya
dijadikan
berkuasa
di
Alam
Penjadian
selama
5.000
tahun
setiap
kali
tiba
masa
peredarannya.
Di
tangannya
Allah
menjadikan
penciptaan
api. Sagitarius
:
Malaikat
ketiga
memiliki
bentuk
seperti
“busur
panah”
(qaws).
Tabiat
rumah/posisinya
panas
kering.
Aturannya
berlaku
di
Alam
Penjadian
selama
4.000
tahun.
Ia
adalah
malaikat mulia yang ditangannya terdapat tali-tali kekang untuk
jasad-jasad
yang
bercahaya
(nurānī) maupun yang gelap
(ẓulmānī).
Ditangannya
dijadikan
kunci
penciptaan
tumbuhan. Capricorn :
Malaikat
keempat
diciptakan
Allah
dalam
bentuk
“anak
kambing”
(jady).
Tabiat
rumah/posisinya
dingin
kering.
Ia
dijadikan
berkuasa
di
Alam
Penjadian
selama
3.000
tahun.
Di
tangannya
Allah
menjadikan
kunci
penciptaan
siang
dan
malam.
xxxvii
Aquarius :
Malaikat
kelima
diciptakan
dalam
bentuk
“timba/tempat
air”
(dalw).
Tabiatnya
panas
basah.
Kekuasaannya
berlaku
selama
2.000
tahun.
Di
tangannya
dijadikan
kunci
pencip- taan
ruh-ruh. Pisces :
Malaikat
keenam
diciptakan
dalam
bentuk
“ikan”
(ḥūt).
Ta- biatnya
dingin
basah.
Masa
beredarnya
selama
1.000
tahun.
Di
tangannya
dijadikan
kunci
penciptaan
hewan-hewan. Aries :
Malaikat
ketujuh
diciptakan
dalam
bentuk
“domba/biri- biri”
(kabsy).
Tabiatnya
panas
kering.
Beredar
selama
12.000
tahun.
Di
tangannya
dijadikan
kunci
penciptaan
aksiden- aksiden
dan
sifat-sifat. Taurus :
Malaikat
kedelapan
diciptakan
dalam
bentuk
“lembu
jantan/ banteng”
(ṡawr).
Tabiatnya
dingin
kering.
Beredar
selama
11.000
tahun.
Di
tangannya
terdapat
kunci
penciptaan
surga
dan
neraka. Gemini :
Malaikat
kesembilan
diciptakan
dalam
bentuk
“dua
anak
kembar”
(taw’amayn).
Tabiatnya
panas
dingin.
Ia
beredar
se- lama
10.000
tahun.
Di
tangannya
terdapat
kunci
penciptaan
mineral-mineral. Cancer :
Malaikat
kesepuluh
diciptakan
dalam
bentuk
“kepiting”
(saraṭān).
Tabiatnya
dingin
basah.
Beredar
selama
9.000
tahun.
Di
tangannya
terdapat
kunci
penciptaan
dunia.
Leo :
Malaikat
kesebelas
diciptakan
dalam
bentuk
“singa”
(asad).
Tabiatnya
panas
kering.
Lama
peredarannya
8.000
tahun.
Di
tangannya
terletak
kunci
penciptaan
akhirat.
Virgo :
Malaikat
keduabelas
diciptakan
dalam
bentuk
“tangkai
ma- yang”
(sunbulah).
Tabiatnya
dingin
kering.
Beredar
selama
7.000
tahun.
Ia
dikhususkan
untuk
penciptaan
tubuh
jasmani
manusia.
Dalam
bahasa
Arab
zodiak
ini
juga
dinamakan
“al-‘ażrā’” yang
berarti
“gadis
perawan”. Jika dijumlahkan, seluruh masa peredaran zodiak-zodiak dari Libra hingga
Virgo
berlangsung
selama
78.000
tahun.
Ini
adalah
masa
perputar- an
zaman
yang
pertama
sejak
awal
penciptaan
hingga
tahun
kelahiran
xxxviii
Rasulullah
Saw.
Kemudian
pada
saat
beliau
dilahirkan,
zaman
berputar
kembali
dari
awal
di
zodiak
Libra
untuk
perputaran
yang
kedua
(lih.
skala
waktu
penciptaan
alam
hal.
xxii). Juz
13
berlanjut
dengan
bab
13
tentang
pengetahuan
mengenai
‘Arsy
dan
Para
Pemikulnya.
Dalam
bahasa
Arab,
kata
‘arsy bisa diartikan sebagai
kerajaan
atau
bisa
juga
berarti
singgasana.
Jika
dilihat
dari
makna
sebagai
kerajaan,
maka
Para
Pemikulnya
adalah
mereka
yang
menjaga
agar
kerajaan
tersebut
tetap
berdiri.
Adapun
dari
segi
‘Arsy
sebagai
singgasana,
maka
Para
Pemikulnya
adalah
tiang-tiang
yang
di
atasnya
‘Arsy berdiri atau mereka yang memikulnya di atas pundak-pundak me- reka.
Penjelasan
pada
bab
ini
lebih
terfokus
pada
definisi
‘Arsy
sebagai
kerajaan. Juz
ini
ditutup
dengan
bab
14
yang
membahas
tentang
“nabi-nabi
di
kalangan
para
wali”.
Yang
dimaksud
nabi
di
sini
bukan
seorang
nabi
yang
membawa
syari‘at
baru,
tetapi
lebih
seperti
para
nabi
Bani
Isrā’īl
yang
menjaga dan mengamalkan syari‘at dan aḥwāl
ruhani
Nabi
Mūsā
as.
di
tengah-tengah
mereka.
Dimulai
dengan
penjelasan
tentang
definisi
nabi
dan
rasul
agar
tidak
ada
kerancuan
antara
makna
“nabi-nabi
di
kalangan
para
wali”
dengan
nabi
dan
rasul
pembawa
syari‘at,
kemudian
berlanjut
dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali agar bisa disebut
sebagai
seorang
“nabi
di
kalangan
para
wali”.
Selain menyebutkan siapa saja para ulama di antara umat Rasulullah Saw.
yang
bisa
disebut
sebagai
“nabi”,
Syaikh
juga
menyebutkan
para
kutub
atau
pimpinan
para
wali
pada
umat
nabi-nabi
terdahulu.
Para
wali
di
sepanjang
zaman
memiliki
seorang
imam
dan
Kutub
Tertinggi
yang
menjadi
lokus
manifestasi
Ruh
Muḥammadī,
kutub
tersebut
bernama
Mudāwī
Al-Kulūm.
Gambaran Umum Juz 14 Juz
14
berisikan
dua
bab
terakhir
dari
jilid
2
ini.
Yang
pertama
adalah
bab
15
yang
membahas
tentang
Nafas-nafas
(Al-Anfās) dan Kutub- kutubnya.
Yang
dimaksud
dengan
Nafas-nafas
adalah
aroma-aroma
kedekatan
Ilahi,
sedangkan
Kutub-kutubnya
adalah
Para
Muḥaqqiq yang telah
menahkik
aroma-aroma
tersebut.
Bab
ini
mengupas
lebih
lanjut
xxxix
tentang
Imam
Mudāwī
Al-Kulūm
yang
disebutkan
pada
bab
sebelumnya.
Di
sini
akan
dijabarkan
ilmu-ilmu
apa
saja
yang
beliau
kuasai,
seperti
ilmu kimia Ilahi, ilmu tentang bekasan-bekasan alam ‘ulwī, ilmu falak dan ilmu
tentang
keberadaan
tujuh
orang
yang
disebut
sebagai
Para
Abdāl (t.
Badal). Ketika
berbicara
tentang
Para
Abdāl,
Syaikh
memerinci
beberapa
hal, di antaranya adalah siapa saja para nabi yang menjadi penyuplai ke- ilmuan mereka, orbit-orbit planet yang terhubung dengan mereka, hari- hari
khusus
bagi
setiap
Badal,
ilmu
apa
saja
yang
mereka
terima
pada
hari-hari
tersebut,
dan
ayat-ayat
Al-Qur’ān
apa
saja
yang
menjadi
maqām sekaligus
wirid
mereka.
Allah
Swt.
menjaga
melalui
mereka
tujuh
wilayah
iklim.
Terdapat
empat
jenis
wilayah
iklim
jika
dilihat
berdasarkan
kedu- dukan bumi terhadap matahari: iklim tropis, iklim subtropis, iklim se- dang
dan
iklim
dingin.
Keempat
iklim
ini
membagi
wilayah
bumi
menjadi
tujuh
bagian.
Untuk
setiap
wilayah
iklim,
Allah
Swt.
menjadikan
satu
orang
Badal
sebagai
penjaganya.
*Urutan
pembagian
tujuh
wilayah
iklim
dari
selatan
ke
utara
diambil dari Muqaddimah Ibn
Khaldūn.
Selain
itu,
episode
masyhur
tentang
pertemuan
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.
dengan
Ibn
Rusyd
ra.
yang
banyak
dikutip
dan
dikisahkan
ulang
oleh
banyak
orang
dapat
disimak
secara
lengkap
pada
bab
ini.
Iklim dingin
Iklim dingin
Iklim sedang Iklim subtropis
Iklim sedang Iklim subtropis
Iklim tropis
66½0 LU
66½0 LS
400 LU
400 LS
23½0 LS
23½0 LU
00 Katulistiwa
I
II
III
IV V
VI
VII
xl
Bab
15
ditutup
dengan
cerita
tentang
Para
Kutub
pengganti
Imam
Mudāwī
Al-Kulūm
di
sepanjang
zaman,
siapa
saja
nama-nama
mereka,
berapa
usia
mereka,
sifat-sifatnya
dan
ilmu
apa
saja
yang
mereka
kuasai. Bab
16
selaku
bab
pamungkas
untuk
jilid
2
ini
berbicara
tentang
manzilah-manzilah suflī, yakni perumpamaan tentang empat arah yang menjadi
pintu
masuk
setan
untuk
menggoda
manusia.
Istilah
tersebut
dipakai karena setan berasal dari alam suflī.
Dari
keempat
arah
tersebut,
yakni depan, belakang, kanan dan kiri, setan memiliki bentuk godaan yang
berbeda-beda
bagi
Para
‘Ārif.
Bagi
mereka
yang
bisa
mengelak
darinya, Allah akan menganugerahkan ilmu-ilmu khusus sesuai dengan masing-masing
arah. Seperti
halnya
tujuh
wilayah
iklim
di
atas,
Allah
Swt.
juga
menjadi- kan
untuk
empat
arah
tersebut
empat
orang
yang
bertugas
menjaganya.
Mereka dinamakan Al-Awtād
(t.
Watad).
Setiap
Watad akan menjadi pem- beri syafa‘at kelak di hari kiamat untuk setiap muslim yang dimasuki oleh
setan
dari
keempat
arah
tersebut.
Masing-masing
Watad untuk satu arah.
Penjelasan
tentang
kategorisasi
para
wali
Allah
secara
lengkap
akan
dijabarkan
pada
bab
73. ﮋ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮊ “Dan Allah senantiasa mengatakan kebenaran dan Dia selalu menunjukkan jalan” (QS.
33:4).
i
xli
AṠAR (j. ĀṠĀR). Secara
literal
memiliki
tiga
makna:
(1)
hasil
dari
sesuatu
(natījah);
(2)
bagian
dari
sesuatu
(juz’);
(4)
tanda,
bekasan,
jejak,
pengaruh,
efek,
dampak,
kesan
dan
peninggalan
(‘alāmah).
Menurut
Syaikh
Ibn
‘Arabī
ra.,
aṡar
adalah
apa
yang
dihasilkan
dari
pergerakan
“sesuatu
yang
memberi
bekasan”
(muaṡṡir)
terhadap
“sesuatu
yang
diberi
bekasan”
(muaṡṡar fīh),
atau
subjek
aktif
(fā‘il)
terhadap
subjek
pasif
(munfa‘il). FALAK (j. AFLĀK). Orbit atau sirkuit, yaitu sebuah jalur berbentuk ling- karan yang dilalui oleh benda-benda langit dalam peredarannya menge- lilingi
benda
langit
lain.
Jika
dinisbahkan
kepada
selain
benda-benda
langit, orbit adalah pergerakan sesuatu dalam bentuk lingkaran, baik secara
indrawi
atau
maknawi,
dalam
rangka
mengelilingi
segala
sesuatu
yang
terhubung
dengannya. FALAK AL-BURŪJ.
Orbit
Zodiak,
yakni
orbit
pertama
di
alam
jasmani.
Allah
menjadikannya
sebagai
tempat
untuk
12
malaikat
zodiak.
Nama
lainnya
adalah:
(1)
Al-Falak Al-Adnā (Orbit
Terendah)
jika
dibandingkan
dengan
orbit-orbit
cahaya
tertinggi
seperti
‘Arsy
dan
Tubuh
Universal;
(2)
Al-Falak Al-Aqṣā
(Orbit
Terjauh)
jika
dibandingkan
dengan
orbit-orbit
jasmani
lain
seperti
orbit
planet-planet
dan
bintang-bintang;
(3)
Al- Falak Al-Muḥīṭ
(Orbit
Peliput)
karena
ia
adalah
orbit
jasmani
terluar
dan
terbesar
yang
meliputi
orbit
bintang-bintang;
(4)
Al-Falak Al-Aṭlas (Orbit
Tak
Berbintang/Isotropik)
karena
tidak
terdapat
satu
pun
bintang
di
dalamnya
dan
ia
memiliki
sifat
fisik
yang
sama
di
segala
arahnya.
Glosarium
xlii
MIZĀJ (KOMBINASI TABIAT).
Berasal
dari
kata
m-z-j yang berarti men- campur.
Mizāj adalah kombinasi tabiat-tabiat yang mendasari susunan jasmani.
Kedokteran
terdahulu
meyakini
mizāj adalah kombinasi yang paling
mendominasi
dari
4
cairan
tubuh,
yaitu
darah,
empedu
kuning,
empedu
hitam
dan
lendir
yang
mempengaruhi
temperamen
manusia.
Syaikh
memakai
istilah
ini
secara
khusus
untuk
menunjukkan
perpaduan
tabiat,
seperti
dingin
kering,
dingin
basah,
panas
basah
dan
panas
kering.
Meskipun berasal dari kata dasar yang sama, mizāj berbeda dengan imtizāj.
Imtizāj
adalah
percampuran
zat-zat,
apa
pun
itu,
untuk
menghasilkan
satu zat baru, sedangkan mizāj
hanya
dikhususkan
untuk
percampuran
tabiat
(IV
127.18). ṬABĪ’AH (TABIAT).
Berasal
dari
kata
ṭab‘
yang
berarti
“cetakan”. Ṭabī‘ah adalah
sebuah
domain
yang
menerima
bekasan
“cetakan”
dari
domain- domain
spiritual.
Tabiat
ada
empat:
dingin,
panas,
basah
dan
kering.
Dingin
dan
panas
bersifat
aktif,
sementara
basah
dan
kering
bersifat
pasif
karena
dihasilkan
dari
dua
tabiat
pertama.
Dari
perpaduan
keempat
tabiat
ini
terlahir
empat
unsur
(‘unṣur
j.
‘anāṣir)
atau
elemen/rukun
(rukn j.
arkān),
yaitu
tanah,
air,
api
dan
udara. TANZĪH (TRANSENDENSI). Tanzīh berasal dari akar kata n-z-h, yang berarti
“jauh
dari,
tak
tersentuh
oleh,
dan
terbebas
dari”.
Tanzīh adalah mengakui
dan
mengafirmasi
bahwa
sesuatu
jauh
atau
terbebas
dari
sesuatu
yang
lain.
Berkenaan
dengan
Allah,
tanzīh adalah mengakui bahwa bahwa Zat Allah tidak dapat dinilai, diukur, ataupun diketahui oleh makhluk apa pun dan melampaui sifat apa pun yang dimiliki oleh makhluk-Nya. TASYBĪH (PENYERUPAAN). Tasybīh berakar dari sy-b-h, yang berarti serupa
atau
sebanding.
Tasybīh
adalah
mengakui
atau
mengafirmasi
bahwa
sesuatu
serupa
dengan
sesuatu
yang
lain.
Berkenaan
dengan
Allah, tasybīh adalah berpendapat bahwa terdapat suatu keserupaan tertentu
antara
Allah
dan
makhluk,
Allah
sebagai
pemilik
Nama-nama
telah menyusun pelbagai keterkaitan tertentu dengan benda-benda, dan bahwa keterkaitan-keterkaitan tersebut dapat diketahui dan dapat dinilai
dalam
suatu
derajat
tertentu.
JUZ 8
Bab
2 | 3
JUZ
8
PASAL KEDUA: Ma‘rifah tentang Harakat-harakat yang melaluinya Huruf-huruf dapat Terbedakan. Mereka Disebut Juga Huruf-huruf kecil
ِ ــاتَمَِكْال
ـاَهَلْثِم
ُالله
َـرَهْظَ
أ
اَهْنِمَو
،
ٌّتِس
ِفْوُرُْال
ُتَكَرَح Harakat huruf-huruf ada enam. Dari mereka Allah memunculkan yang serupa dengannya berupa kata-kata.
ِ ـاتَبَرْعُمْال
ِفُـرْحَ ْ لِل
ٌتَكَرَ
ح
ٌ ـضْفَخَو
ٌبْصَن
َّمُثَو
ٌـعْفَر
َ ِ ه Mereka adalah raf‘, lalu naşb dan khafď, harakat-harakat untuk huruf-huruf mu‘rabāt.
Lanjutan Bab 2
i
4 | Bab
2
AL-FUTūḤĀT
AL-MAKKIYYAH
ِ ـاتَتِابَّالث
ِفُـرْحَ ْ لِل
ٌتَكَـرَ
ح
ٌـرْسَكَو
ٌّـمَض
َّـمُثَو
ٌـحْتَف
َ ِ هَو Dan mereka adalah fathah, lalu dammah dan kasrah, harakat-harakat untuk huruf-huruf śābitāt.1 ِتَكَرَح
ْنَع
ُنْوُكَي
ٌنْوُكُس
ْوَ
أ
ٌتْوَمَف
ٌ فْذَح
ِم َ لَكْال
ُلْوُصُأَو Asal muasal perkataan adalah diam (tiadanya kata) yang berarti kematian, atau diam (tiadanya gerak) yang terjadi setelah pergerakan.
ِ اتَـوَم
ِ ف
ٍـةَبْيِـرَغ
ٍــاةَيَح
ِ
ف
ْـرُظْانَف
،
ِمِالَـوَعْال
ُةَـالَح
ِهِذٰﻫ Demikianlah keadaan alam-alam, maka renungkan dan amati tentang kehidupan asing yang ada di dalam benda-benda mati.
[Huruf-huruf yang Membentuk Kata-kata bagaikan Unsur-unsur bagi Jasmani] etahuilah!
Semoga
Allah
Swt.
menguatkan
kami
dan
dirimu
dengan
Ruh
dari-Nya!
Telah
kami
syaratkan
di
awal
bab
bahwa
kami akan membahas tentang harakat di dalam pasal tentang huruf
ini,
karena
harakat
juga
dinamakan
sebagai
“huruf-huruf
kecil”.
Kemudian
kami
melihat
bahwa
percampuran
antara
alam
harakat
dan
alam
huruf
tidak
akan
bisa
diambil
faedahnya
kecuali
setelah
huruf- huruf tersebut telah tersusun dan terhimpun satu sama lain, sehingga melalui
penyusunan
itu
terbentuklah
sebuah
kata
di
antara
kata-kata.
Proses
penyusunan
huruf-huruf
ini
sejalan
dengan
firman
Allah
Swt.
mengenai
penciptaan
kita:
1.
Huruf-huruf
mu‘rabāt (t.
mu‘rab) adalah huruf-huruf yang bisa berubah hara- katnya sesuai dengan kondisi gramatikalnya, sedangkan huruf-huruf ṡābitāt
(t.
ṡābit) adalah huruf-huruf tetap yang hanya memiliki satu harakat dan tidak bisa berubah.
K
i
Bab
2 | 5
JUZ
8 ﮋ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﮊ “Maka ketika Aku telah menyelesaikan penciptaannya dan telah Kuhem- buskan ke dalam dirinya sebagian dari Ruh-Ku…” (QS.
15:29). [Dihembuskannya
Ruh
ke
dalam
diri
manusia
itu]
bagaikan
disematkan- nya
harakat
pada
huruf-huruf
setelah
mereka
selesai
ditulis.
Setelah
pe- nyematan
harakat
itu
maka
berdirilah
sebuah
konfigurasi
(nasy’ah) lain yang
dinamakan
dengan
“kata”
(kalimah), sama seperti seorang individu dari
jenis
kita
yang
dinamakan
dengan
“insan”.
Demikianlah
bagaimana
alam
kata-kata
dan
lafal-lafal
terbentuk
di
alam
huruf. Bagi
para
kata,
huruf
adalah
unsur-unsur.
Seperti
halnya
air,
tanah,
api
dan
udara
yang
membentuk
konfigurasi
tubuh-tubuh
kita.
Setelah
itu
Allah
Swt.
menghembuskan
“Ruh
yang
bersifat
perintah”
(Ar-Rūḥ Al- Amrī)
hingga
terciptalah
manusia.
Sama
seperti
jin
yang
tercipta
dari
ruh
yang dihembuskan kepada angin-angin yang telah memiliki kesiapan, atau
malaikat
dari
ruh
yang
dihembuskan
kepada
cahaya-cahaya
yang
juga
telah
memiliki
kesiapan.
[Jenis-jenis Kata yang Memiliki Kesamaan dengan Manusia, Jin dan Malaikat] Sebagian
besar
dari
kata-kata
[di
alam
huruf]
memiliki
kesamaan
dengan
manusia,
sementara
sebagian
kecil
yang
lain
memiliki
kesamaan
dengan malaikat dan jin—kedua makhluk ini juga bisa disebut sebagai jin2—seperti huruf bā’ yang
dikasrah
(
ِب = dengan), lām yang dikasrah (
ِل = untuk) dan lām untuk penegasan (tawkīd); wāw, bā’ dan tā’ huruf sumpah
(qasam); wāw dan fā’ huruf penghubung (‘aṭaf); qāf dari kata ِ ق (peliharalah!),
syīn dari kata ِ ش
(hiasilah!),
dan
‘ayn dari kata ِع
(perhati- kan!) ketika kata-kata tersebut dipakai dalam bentuk perintah untuk wiqāyah (pemeliharaan),
wasyy
(perhiasan)
dan
wa‘y
(perhatian).
2.
Nama
“jin”
berasal
dari
kata
j-n-n yang berarti menutupi dan menyembunyi- kan.
Karena
jin
dan
malaikat
tersembunyi
dari
pandangan
manusia,
maka
keduanya
bisa
digolongkan
sebagai
“jin”,
begitu
juga
dengan
sisi
batin
manusia.
Ibn
Manẓūr
mengatakan
tentang
QS.
37:158:
“Dan mereka menjadikan hubungan nasab antara Allah dan al-jinnah,”
sebagian
kelompok
dari
orang
Arab
mengatakan
kata
al-jinnah pada ayat
ini
berarti
malaikat.
LIHAT FILE PDF LEBIH MUDAH DI BACA
KITAB ASLI
AL FUTUHAT AL MAKKIYAH
TERJEMAHAN JILID 1
TERJEMAHAN JILID 2